1. Dosen tidak memiliki motivasi dalam menulis.
2. Dosen kurang konsen terhadap pengembangan pengetahuan
3. Dosen tidak memahami kewajiban profesinya
4. Dosen tidak tahu bagaimana cara menulis karya ilmiah dengan baik
5. Dosen memiliki minat baca yang rendah
6. Honorium/insentif yang diterima dosen dari menulis masih sangat kecil, bahkan ada sebagian kampus yang meminta bayaran jika dosen ingin menerbitkan jurnal yang ditulisnya sehingga dosen lebih tertarik untuk mengajar atau mengejar proyek lain.
7. Tidak adanya waktu untuk menulis karena beban mengajar yang padat.
8. Tidak adanya perhatian dari lembaga.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar kegiatan menulis, khususnya menulis karya ilmiah menjadi budaya di kalangan dosen :
1. Dosen harus banyak berlatih menulis dengan menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah kegemaran
2. Menumbuhkan motivasi menulis, baik motivasi internal maupun motivasi eksternal
3. Pimpinan perguruan tinggi membangun ruang menulis secara berkelanjutan
4. Pimpinan perguruan tinggi membangun budaya riset dalam penyelenggaraan pendidikan
5. Pimpinan perguruan tinggi dapat memberikan semacam penghargaan (insentif) kepada para dosen yang berhasil mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal ilmiah yang diterbitkan, agar para dosen termotivasi dan berlomba-lomba dalam menulis
6. Mengadakan pelatihan-pelatihan menulis dengan menghadirkan pakar dari media massa atau pengelola jurnal kampus, serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya seperti seminar, workshop, dan lain-lain.
7. Dosen harus bisa mengatur beban kerjanya sehingga memiliki waktu untuk menulis dan meningkatkan kemampuan menulisnya.
Para dosen bisa membuat kesepakatan dengan pihak akademik untuk meminimalisasi target pengajaran. Dengan begitu, diharapkan dosen lebih produktif dalam menulis karena sesungguhnya dosen adalah seorang penulis.
Baca Juga:Kabar Suspect Coronadi Karawang Dipastikan HoaksSangat Dibutuhkan, Masker dan Hand Sanitizer Langka di Pasaran,
Tuntutan ini sebenarnya dapat memberikan dampak ke depan bahwa para dosen menjadi sangat sibuk untuk memenuhi standart kualifikasi minimal sebagai dosen dengan terus menulis baik di jurnal, majalah atau menghasilkan karya berupa buku. Jika ini bisa dilakukan maka akan kita jumpai dinamika pengembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Mungkin di tahap awal dosen hanya akan berpikir minimal, yaitu memenuhi standar minimal persyaratan. Akan tetapi lama kelamaan, bahwa para dosen akan terus meneliti dalam rangka menemukan teori-teori baru. Dosen tidak perlu terlalu terobsesi dengan jurnal terindek scopus atau jurnal yang memiliki standar internasional, tetapi membuat apapun jurnal atau karya tulis itu lebih penting.