Sandra menjelaskan, kelangkaan terjadi di tingkat distributor yang menjadi pemasok, menyebabkan apoteknya dan beberapa apotek lain mengalami kelangkaan masker. Hal ini diperparah dengan melonjaknya angka permintaan masker masyarakat, menyusul kekhawatiran merebaknya virus korona.”Udah dari bulan lalu masker susah dari distributornya,” ucapnya.
Sandra menjelaskan, pihaknya tidak ingin asal memasok masker dari distributor yang tidak jelas, mengingat sempat ramai berita mengenai terungkapnya pabrik produksi masker ilegal di Cilincing, Jakarta Utara oleh pihak kepolisian.
“Kalau kita emang dari distributor resmi, gak mau asal kerja sama dengan distributor sembarangan, takut barangnya gak jelas,” jelasnya.
Baca Juga:Ikatan Percetakan Karawang Minta KPU Berdayakan Pengusaha LokalPom Mini Dinilai Langkahi Izin Daerah
Ketika disinggung mengenai bagaimana nasib masyarakat yang tidak mendapatkan masker, Sandra mengungkapkan, untuk konsumen yang hendak menunggu stok distribusi datang maka akan diberikan pemberitahuan melalui ponsel. Akan tetapi harga yang harus dibayarkan menjadi lebih mahal berkali-kali lipat, mengingat pihak distributor resmi juga telah menaikan harga.
“Kalo mau nunggu nanti kita kabarin, kalo ada kita kabarin kalo gak ada juga kita kabarin, biar gak nungguin konsumennya. Tapi konsekuensinya harganya beda, karena dari distributor resminya sudah naik 5 kali lipat,” imbuhnya.
Bukan hanya masker, hand sanitizer juga ludes dalam sehari di apotek Sandra bekerja. Setelah hand sanitizer merek tertentu habis dan hanya menyisakan satu merek saja pada Senin, akhirnya pada Selasa siang 18 botol hand sanitizer merek terakhir yang tersisa pun ludes diserbu konsumen.
“Iya tadi pagi masih ada, siang ini udah habis. Jadinya total 18 botol habis dalam setengah hari,” lanjut Sandra.
Kelangkaan juga terjadi di tempat lain yaitu di salah satu apotek yang letaknya berdekatan sengan kampus Unsika. Ina, petugas yang sedang bertugas mengungkapkan, permintaan akan masker melonjak tinggi sejak Januari 2020, dan mengalami puncaknya sejak Senin (2/3) lalu.
“Dari Januari sudah banyak yang cari, tapi pas Senin jadi makin naik peminatnya,” ungkapnya.
Secara spesifik Ina menuturkan, pada Senin kemarin pemburu masker dan hand sanitizer sangat banyak yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga ibu rumah tangga.