Oleh: Lukman Enha
Suatu gejala psikologis ekstrem yang mengerikan terjadi di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Seorang anak perempuan usia 15 tahun dengan tenang melakukan tindakan sadistis, Jumat (6/3) sore.
Dia berani menenggelamkan balita perempuan usia 5 tahun selama 5 menit hingga tewas. Korban itu tetangga dan sering main ke rumahnya. Tentu siapa yang menduga.
Usai melakukan perbuatan yang mengerikan itu, ia pun menuliskan status pengakuan di medsos atas tindakannya itu. “Anak tak bernyawa itu masih di lemari” begitu statusnya di medsos yang disebarkan dan mengundang tanya. Dengan tenang pula ia menyimpan mayat anak yg ia bunuh itu di lemari baju di kamarnya.
Baca Juga:Reses, Sutrisno Bawa Dirjen Perikanan Tangkap Urai Permasalahan Nelayan di PatimbanWagub Jabar Resmikan Seminar Kujang dan Santani di Sukabumi
Besoknya ia menyerahkan diri ke polisi. Ia bahkan sudah tahu, kalau di usia masih di bawah umur akan menjalani dua pilihan: dipenjara atau rehabilitasi. Itu pun ia tuliskan di medsos. Artinya, anak itu punya wawasan yang cukup. Dia tahu pelaku kriminal di bawah umur bakal menghadapi dua kemungkinan. Dipenjara atau direhabilitasi.
Benar saja, setelah pengakuan dan diamankan oleh polisi Ia kemudian di rehabilitasi. Lalu polisi punya PR untuk mengungkap motif pelaku pembunuhan di bawah umur itu.
Pelaku meninggalkan misteri berupa sketsa gambaran kekerasan yang dibuat cukup apik. Ada sketsa tangan perempuan terikat dalam cengkraman dan tokoh Slender Man. Tokoh imajinatif tanpa wajah. Ada pula tulisan “daddy”. Polisi menyebut goresan sketsa itu cerita “daddy”. Dimungkinkan ada kaitan dengan orang tua pelaku.
Polisi pun bergerak cepat memeriksa keluarga dekat pelaku yang masih SMP itu. Pelaku tinggal bersama ayah kandung dan ibu tirinya. Psikolog menduga, pelaku adalah korban kekerasan psikologis. Dampak dari perceraian orang tuanya.
Polisi pelan-pelan menyibak tabir. Penyimpangan psikologis pelaku ternyata sudah ada gejalanya sejak kecil. Sudah berani membunuh hewan-hewan seperti kodok, cicak dan berani menyakiti kucing dengan menjatuhkannya dari lantai dua rumahnya.
KPAI menyimpulkan anak ini mengalami gejala Delinkuensi. Suatu gangguan psikologis seseorang berani melakukan penyimpangan atau melanggar norma hukum di masyarakat. Banyak ditemukan pada anak keluarga broken home.