Polisi dibuat terkejut. Dalam penggalian keterangan dari pelaku, gadis 15 tahun itu mengaku merasa puas setelah membunuh. Sebab hasrat membunuh sudah lama ia rasakan dan ditahan.
“Kali ini tidak bisa menahan diri”. Begitu pengakuannya kepada polisi saat menyerahkan diri. Bahkan pengakuannya makin terasa ganjil saat berpendapat bahwa yang disiksa dan menyiksa akan merasa sama-sama senang.
Horor di Sawah Besar itu pernah terjadi dan dilakukan oleh beberapa anak di belahan dunia lainnya. Publik Newcastle, Inggris, tahun 1968 silam pernah dikejutkan oleh aksi sadis anak usia 11 tahun bernama Mary Bell. Anak perempuan itu berani membunuh anak laki-laki usia 4 tahun dengan cara mencekiknya.
Baca Juga:Reses, Sutrisno Bawa Dirjen Perikanan Tangkap Urai Permasalahan Nelayan di PatimbanWagub Jabar Resmikan Seminar Kujang dan Santani di Sukabumi
Dua bulan kemudian, Mary mengajak temannya membunuh anak usia 3 tahun di lapangan. Juga dengan mencekiknya, menyayat badannya dengan gunting serta memotong kemaluan anak laki-laki itu.
Polisi saat itu belum canggih zaman sekarang. Tidak ada CCTV dan nyaris tak menduga pelakunya adalah anak perempuan. Setelah melalui proses panjang, Mary Bell akhirnya ditangkap dan menjalani hukuman di penjara anak selama 12 tahun. Seperti pelaku di Sawah Besar, Mary juga mengaku merasakan ada kepuasan setelah membunuh.
Bukan tanpa sebab, Mary bisa berkembang menjadi anak yang ‘kejam’ seperti itu. Mary terlahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai pekerja seks komersil (PSK). Ibunya pun tidak tahu pasti siapa bapak biologis Mary.
Sejak masih bayi beberapa kali akan dibunuh oleh ibunya namun gagal. Sejak usia 4 tahun Mary kecil sudah dijual kepada lelaki phaedofilia. Mary juga sering melihat ibunya dicekik oleh para lelaki yang menyiksanya. Pendek cerita, Mary dibesarkan dalam keluarga broken home.
Lalu pelaku di Sawah Besar itu seberapa broken keluarganya? Bisa jadi Mary pun mengidap Delinkuensi yang lebih akut.
Peristiwa ini mengingatkan kita akan potensi zaman sekarang yang bisa menjerumuskan anak mengidap gejala kejiwaan itu. Kesibukan orang tua sehingga anak kesepian tanpa perhatian, kekerasan, perceraian, film hingga pengaruh gadget amat berpotensi mempengaruhi perkembangan psikologis anak.
Anak 15 tahun juara tenis meja dari Sawah Besar itu akan bernasib seperti Mary Bell?Apakah Mary Bell tahu kejadian ini? Di usianya yang kini masih 61 tahun, bisa jadi Mary Bell mengikuti kasus ini dari Inggris sana.(*)