Oleh: Dahlan Iskan
Wartawan selalu kesulitan menganalisis apa yang terjadi di pusat kekuasaan Tiongkok dan Rusia.
Itu dulu. Ketika sistem komunisme masih penuh rahasia.
Sekarang wartawan mengalami kesulitan yang serupa: apa yang sebenarnya terjadi di pusat kekuasaan di Saudi Arabia.
Hanya saja di zaman sosial media ini rahasia tahta tidak sepenuhnya bisa disembunyikan.
Baca Juga:Warga Sukareja Swadaya Perbaiki Jalan Rusak Akibat BanjirSenam Bugar Jabar Juara, Tingkatkan Kesehatan Masyarakat dan Budaya Olahraga
Tiba-tiba saja tumben. Sabtu lalu beredar luas hastag “Kita adalah Salman. Kita adalah Mohammed”.
Hastag itu beredar terutama di ponsel anak muda. Di seluruh Saudi Arabia. Menyebar dengan cepatnya.
Oh ternyata lagi ada Game of Thrones lagi di sana.
Jumat subuh lalu adik satu-satunya Raja Salman yang masih hidup ditangkap. Namanya: Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-Saud.
Umurnya: 74 tahun.
Tuduhan padanya: akan melakukan kudeta.
Ditangkap juga sepupu Raja Salman: Pangeran Mohammed bin Nayef. Satu lagi yang juga ditangkap: Pangeran Nawaf bin Nayef, yang masih berumur 32 tahun.
Orang luar tidak ada yang tahu latar belakang sebenarnya: adakah rencana kudeta itu benar ada. Atau, itu tuduhan yang dibuat-buat. Atau sengaja diberi peluang untuk kudeta lalu ditangkap.
Bahwa sempat ada berita ‘Raja Salman meninggal dunia’ kelihatannya seperti ada kudeta beneran. Berita meninggalnya Raja Salman itu sempat beredar ke seluruh dunia. Dengan catatan: belum dipastikan kebenarannya.
Bisa saja malam itu memang ada ‘gerakan’ untuk membunuh Raja Salman yang sudah berusia 84 tahun –dan sakit-sakitan itu.
Toh pembunuhan terhadap raja bukan barang baru di Saudi.
Baca Juga:Spectaxcular 2020 Dorong Kesadaran PajakTingkatkan PAD, Dishub Bakal Terapkan Pola Parkir Baru
Hanya saja upaya pembunuhan pada Raja Salman itu bisa digagalkan. Seberapa dramatik jalannya kudeta itu masih menjadi rahasia kerajaan.
Kita masih harus menunggu perkembangan berikutnya: apakah ada yang dihukum mati dalam waktu dekat.
Kalau tidak ada berarti kudeta itu baru pada tingkat rencana. Lalu bocor.
Atau rencana pun sebenarnya tidak ada. Hanya saja Putra Mahkota yang sekarang, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) tidak ingin ada kerikil yang akan meloncat ke dalam sepatutnya.
Pangeran Ahmed bin Abdul Aziz al-Saud adalah kerikil besar. Di antara keluarga kerajaan Pangeran Ahmed-lah yang paling senior.