LEMBANG-Masyarakat Kampung Cibedug Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), memiliki tradisi ruwatan lembur yang dilestarikan secara turun temurun sejak puluhan tahun lalu.
Salah satu rangkaian acara dan menyedot perhatian masyarakat dalam ruwatan ini adalah festival Palagan Toya atau perang air yang melibatkan dua kubu yang terdiri atas perangkat desa, tokoh adat, warga hingga anak-anak.
Berbeda dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya, perang air kali ini tidak lagi menggunakan susu dan kopi tetapi air bening yang dibungkus plastik.
Baca Juga:Tanggul Dusun Galian Butuh Perbaikan, Air Kerap Meluap ke Pemukiman WargaPemdes Cibogo Kembali Gulirkan PTSL
Aksi saling lempar plastik air yang berlangsung sekitar 10 menit diakhiri dengan salam-salaman antar dua kubu yang terlibat.
Kepala Desa Cikole, Jajang Ruhiat menerangkan, Palagan Toya merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat karena telah diberikan tanah yang subur, serta tolak bala agar terhindar dari marabahaya, kekeringan dan dijauhkan dari segala macam penyakit.
“Ini sebagai rasa syukur karena kita masih diberikan umur panjang dan dijauhkan dari penyakit seperti virus corona, alhamdulillah.
Tema Ruwatan berbeda sesuai kondisi aktual
Bukan kita di sini saja, semoga bangsa Indonesia terhindar dari musibah dan bencana serta selalu diberikan kesehatan yang panjang oleh Allah SWT,” kata Jajang, Minggu (8/3).
Setiap tahun, Jajang menerangkan, tema ruwatan lembur berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi aktual.
Sementara ruwatan lembur tahun ini bertema Rastra Jendral Rahayu Ningrat yang mengandung filosofi sebuah pertempuran antara kebaikan dan kebatilan.
“Sekuat apapun kebatilan, akan hancur oleh kebaikan. Kaitan dengan fenomena wabah virus corona, mudah-mudahan dengan kerja keras pemerintah, virus yang membuat kekhawatiran di seluruh dunia itu bisa punah,” jelasnya.
Baca Juga:Disdik Jabar Cairkan Honor GTK Non PNS Rp 82,4 MiliarBertambah Lagi, Ini Data 6 Orang yang Dinyatakan Positif Corona oleh Pemerintah
Ruwatan lembur juga diisi dengan memanjatkan doa untuk memohon pertolongan dan perlindungan atas segala bencana yang terjadi di Indonesia.
“Melalui ruwatan ini, kita sama-sama berdoa dan membersihkan hati. Virus corona mungkin muncul sebagai pengingat dari Yang Maha Kuasa bahwa kita semua harus bersih hati,” tuturnya.
Tokoh masyarakat, Yaya mengungkapkan, ruwatan lembur yang digelar selama dua hari sejak Sabtu (7/3) diisi dengan berbagai kegiatan seperti pengumpulan nasi tumpeng, kesenian Teluk Tilu, Terbangan, Pasanggiri Pencug, dan diakhiri dengan pementasan wayang golek.