SUBANG-Wacana akan direvitalisasinya tiga PLTA Kuno peninggalan Belanda di Cijambe, Gunung Tua dan Cinangling sejak taun 2017, sampai saat ini belum jelas bagaimana kelanjutannya. Menanggapi hal tersebut, Beni Rudiono angkat bicara terkait revitalisasi.
Beni mengakui ada wacana tersebut sejak tahun 2017, yang diinisasi oleh HIPMI Subang dan menggandeng investor dari Australia. Namun bagaimana kelanjutanny, hingga sekarang dirinya mengaku tidak mengetahui percis bagaimana perkembangannya.
“Kalau saya sepakat memang diurus oleh swasta, tidak oleh Pemda Subang atau BUMD. Gak ada ahlinya. Beda dengan swasta. Kalau swasta itu jelas, mereka punya ahlinya dan tahu hitung-hitungannya. Tnggal nanti bicara saja dengan PTPN VIII,” jelasnya.
Dia juga meyakini, jika PTPN VIII pasti terbuka dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa mengembangkan usaha mereka. Pasalnya, untuk beberapa perkebunan yang ada di Kabupaten Subang juga saat ini produksinya tidak begitu optimal.
Baca Juga:SINERGI KEGIATAN ORMAWA dan AKADEMIK DI KAMPUSPerpustakaan Keliling Kabupaten Subang Kampanyekan Membaca
“Dari pada tidak terpakai, mereka (PTPN VIII) pasti mau. Direksi harus fleksibel,” tambahnya.
Salah satu teknisi PLTA Cijambe, Yudiana menjelaskan PLTA tersebut masih berfungsi. Hanya saja fungsinya menurut Yudi sekarang ini hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik PTPN VIII khususnya yang ada di Ciater dan Serangpanjang.
“Sejak tahun 1997 sudah berhenti beroperasi untuk listrik masyarakat, karena keadaan mesinnya juga sudah sangat tua, tidak memungkinkan,” jelasnya.
Dia juga mengakui memang sempat ada peninjauan beberapa tahun lalu oleh pihak Australia. Kemudian disebut-sebut sebagai calon investor dan ahli kelistrikan dari Austria dengan pihak PTPN VIII, selaku pemilik PLTA kuno tersebut.
“Saya hanya petugas di sini saja, jadi tidak tahu menau bagaimana kelanjutannya,” pungkasnya.(idr/vry)