Bebas Wuhan

Bebas Wuhan
0 Komentar

Ketika rapat itu dilakukan, kota Wuhan memang sudah tidak mencekam lagi. Chen Wei dan para dokter di Wuhan sudah bisa bernafas. Hari itu untuk kali pertama tidak ada lagi pasien baru di Wuhan.

Keesokan harinya bebarapa portal pembatas mobilitas warga Wuhan juga sudah dibuka.

Tanggal 8 April depan lockdown Wuhan resmi diakhiri.

Meski saya bukan warga Wuhan tapi secara reflek ikut menarik nafas panjang. Ikut lega.

Baca Juga:Harus Ada Perubahan APBDes, Cegah Covid-19 Manfaatkan Dana DesaMulai Hari Ini Muhammadiyah Subang Tak Salat Jum’at

Tiga bulan lamanya Wuhan di-lockdown. Juga seluruh Provinsi Hubei. Dan juga praktis seluruh Tiongkok.

Tiga bulan lamanya lockdown diberlakukan. Sangat drastis. Ketat. Kejam. Manusia dibuat sangat menderita. Sangat terkekang.

Tapi tiga bulan kemudian mereka terbebas dari lockdown. Berenang-renang kemudian.

Semua itu bukan hanya hasil kedisiplinan. Saya tahu orang di sana juga sulit disiplin. Sama saja. Pemerintahlah yang mendisiplinkan mereka.

Pertanyaanya: seandainya akhir Januari lalu tidak dilakukan lockdown, apa yang terjadi? Apakah sekarang sudah bisa lega?

Silakan berhitung sendiri.

Rupanya ada persyaratan tidak resmi untuk bisa melakukan lockdown: suasana harus mencekam dulu.

Tidak bisa ketika orang masih happy-happy, masih berani kumpul-kumpul tiba-tiba di-lockdown.

Begitulah di Wuhan. Setelah Imlek suasana Wuhan memang sudah sangat mencekam. Yang sakit tidak mendapat tempat di rumah sakit: penuh. Yang meninggal tidak bisa mendapat peti mati: habis. Yang sudah mati tidak bisa dikubur atau dikremasi: tempat pembakaran mayat pun tidak cukup.

Sedang di Jakarta, suasananya belum mencekam.

Baca Juga:Pasar Rebo Purwakarta Disemprot DisinfektanPLN Setop Sementara Petugas Pencatat Meter

Cobalah lakukan lockdown di Jakarta sekarang: pasti ambyar! Terutama karena begitu banyak orang miskin: dapat penghasilan dari mana? Dapat makan dari mana?

Kelak, kalau suasana sudah mencekam barulah memenuhi syarat untuk lockdown. Tidak akan ada lagi yang berpikir dari mana dapat penghasilan. Tidak ada lagi yang bingung dari mana dapat makan.

Semua orang bingung sendiri-sendiri: lari-lari mencari rumah sakit. Yakni untuk mengantarkan orang tua atau suami atau anak ke rumah sakit. Apalagi kalau sudah lari ke rumah sakit mana pun hanya menemukan pengumuman: RS sudah penuh sesak.

0 Komentar