Oleh : Wenny Suhartati, S.Si
Pandemi wabah virus corona atau Covid-19 masih terus berlangsung hingga saat ini. Di Kabupaten Karawang sendiri, jumlah pasien positif corona masih terus bertambah dari hari ke hari. Diberitakan hingga Sabtu (28/3) malam, jumlah pasien positif corona bertambah dari lima menjadi tujuh orang. Sedangkan yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) meningkat signifikan, dari 563 orang pada Jumat (27/3) lalu sehari berikutnya naik menjadi 706 orang. Sedangkan untuk orang yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP), jumlahnya naik dari sebelumnya sembilan orang menjadi sepuluh orang (NewsJabar, 29/3/2020).
Meningkatnya jumlah pasien positif corona ini tentu menimbulkan keresahan bagi masyarakat Karawang dan sekitarnya. Kurangnya edukasi ke masyarakat tentang apa itu corona dan mahalnya biaya kesehatan, serta masih adanya sebagian masyarakat yang menganggap corona sebagai aib menyebabkan jumlah penderita positif semakin meningkat. Ditambah lagi, ternyata pembiayaan pencegahan virus corona ini dibebankan kepada pasien pribadi, termasuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Negara hanya membiayai pasien positif corona. Hal inilah yang menjadi persoalan utama, termasuk di Karawang.
Sebagaimana dilansir dalam Radar Karawang (20/3/2020), Plt Kepala Dinkes Karawang Nurdin Hidayat mengatakan bahwa meskipun ada pembiayaan dari negara terhadap penanganan dan pengobatan virus corona, namun hal itu hanya berlaku untuk pasien yang positif saja. Hal senada juga diungkapkan oleh anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi PKS Abdul Hadi Wijaya yang mengatakan bahwa pembiayaan yang ditanggung oleh negara hanya kepada pasien yang dinyatakan positif corona. Sementara untuk pasien yang dinyatakan negatif tidak dibiayai oleh negara.
Baca Juga:Gaji Anggota DPRD Golkar Subang Dipotong, Disumbangkan untuk Beli APD Tenaga MedisFasiltas Umum di Pantura Disemprot Disinfektan
Padahal orang-orang dengan status PDP ini, kebanyakan adalah orang yang tidak mempunyai keluhan apapun, misalpun ada itupun hanya keluhan yang ringan saja. Ditambah dengan mahalnya biaya tes identifikasi corona yang harus ditanggung pasien sendiri, akibatnya untuk masyarakat bawah yang tidak mempunyai simpanan untuk kesehatan tentu akan semakin menambah beban hidup mereka saja. Akhirnya kebanyakan masyarakat pun enggan untuk melakukan tes identifikasi corona. Dan hanya melakukan perawatan mandiri di rumah.