Peningkatan permintaan daging ayam dan telur di tingkat global didorong oleh peningkatan pertumbuhan kelas menengah, arus urbanisasi dan munculnya industri perunggasan modern dan terintegrasi. Peningkatan jumlah konsumen kelas menengah tersebut telah mengubah pola konsumsi mereka, beralih dari pangan berbasis sayuran ke makanan berbasis hewani.
Pergeseran pola makan tersebut menjadikan produk asal unggas ini sebagai menu utama sumber protein. Hal ini karena sumber protein yang berasal dari unggas tersebut selalu tersedia setiap saat dan harga terjangkau. Harga daging ayam dan telur merupakan yang terendah dibandingkan dengan sumber protein daging lainnya. Disamping itu, preferensi konsumen lebih menyukai rasa produk ini dibanding protein lainnya.
Dari sisi suplai, ketersediaan daging ayam dan telur didukung oleh tingkat pengembalian investasi yang singkat. Hal ini tentu saja membuat usaha ini kian menggiurkan, lebih mudah untuk memulai dan cepat berkembang. Sedangkan, pada sisi permintaan kenaikan tingkat permintaan dalam industri perunggasan didukung oleh pertumbuhan cepat supermarket dan restoran cepat saji di kota-kota. Permintaan yang meningkat inilah menjadi magnet bagi investor membenamkan modalnya pada sektor ini.
Baca Juga:Bantu Penanganan Covid-19, Yayasan Karawang Peduli Turunkan RelawanStatus PSBB 5 Daerah di Jabar Diputuskan Hari Ini
Diawali dengan membangun pabrik pakan kemudian mengembangkan usaha perbibitan. Selanjutnya, perusahaan berkembang menjadi perusahaan yang terintergrasi secara vertikal, mulai usaha pakan, perbibitan, budidaya, pengolahan sampai distribusinya melalui toko-toko daging dan restoran.
Transformasi perunggasan
Dalam konteks Indonesia, prospek perunggasan dinilai sangat cerah. Kunci keberhasilan industri ini tergantung pada kesigapan dan kesungguhan pemangku kepentingan untuk meningkatkan daya saingnya. Daya saing tersebut memerlukan transformasi perubahan dari model kini (berdaya saing rendah) menjadi model modern (berdaya saing tinggi).
Ketika pasar berubah, diikuti konsumen dan supermarket mengubah perilaku pasar. Mereka membutuhkan pendekatan pasar dan produk yang berbeda. Jika perusahaan tidak melakukan perubahan, maka prospek perusahaan seperti ini akan tergilas ketatnya persaingan.
Model baru industri perunggasan ke depan (modern) bercirikan adanya rantai nilai modern, skala perusahaan yang lebih besar dan terintegrasi secara vertikal serta manajemen rantai nilai yang lebih canggih. Model baru tersebut akan fokus pada efisiensi, produktivitas, dan daya saing.