Oleh: Armanda Oki Prakoso
Mahasiswa Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Serangan covid -19 sedang berlangsung memporak porandakan seluruh tatanan negara maupun dunia. Tatanan yang sudah dirancang dengan apik terpaksa harus dibanting stir dan berusaha mencari jalan keluar untuk menyudahi wabah ini.
Wabah virus corana atau dengan nama lain covid-19 mungkin hanya membawa wabah penyakit saja, namun efek dari semua itu untuk menanggulangi wabah virus corona benar-benar menguras banyak pundi asset Negara.
Waktu ini seluruh sistem kenegaraan sedang difokuskan untuk mencari jalan keluar dari gejolaknya wabah corona. Semakin cepat wabah corona ini selesai maka seluruh kegiatan akan kembali berjalan dengan normal seperti biasanya.
Baca Juga:Islam, Sistem Ideal Penyokong Ketahanan KeluargaPSBB Bodebek Disetujui, Ridwan Kamil Koordinasi dengan Lima Kepala Daerah dan Forkopimda
Salah satu efek dari gejolaknya virus ini adalah runtuhnya perekonomian didunia. Untuk menghambat atau memutus mata rantai penyebaran virus corona ini sebagian negara didunia memutuskan kebijakan lockdown.
Artinya, seluruh masyarakat dilarang untuk bepergian keluar rumah apabila hal tersebut tidak mendesak, semua kegiatan yang ada dinegara tersebut harus berhenti, termasuk dengan kegiatan interaksi ekonomi antar negara atau antar wilayah dalam negara itu sendiri. Sehingga pendapatan masyarakat atau pendapatan negara pasca wabah virus corona anjlok secara drastis dari pendapaatan biasanya. Belum lagi sebagian anggaran negara harus dibelokkan untuk menangani wabah virus ini.
China merupakan negara pertama yang terserang wabah virus corona ini, lebih tepatnya dikota Wuhan. Ketika wabah ini semakin meluas dan sebagian negara sahabat memutuskan untuk menarik diri sementara dari kerja sama yang sebelumnya di jalin dengan negara China. Hal ini membuat ekonomi negara China terpukul.
Kerugian begitu besar di alami oleh negara China, dengan dana sebesar USD 445 miliar atau setara dengan Rp. 6.112 Triliun kabur dari pasar modal. Dilansir dari CNN, senin (3/2) indeks Shanghai turun 7,7%. Merupakan penurunan terburuk sejak agustus 2015.
Pemerintah Indonesia pemutuskan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bertujuan untuk meminimalisir atau memutus mata rantai penyebaran covid-19. Jargon #DiRumahAja, pemerintah menghimbau seluruh masyarakat untuk melakukan semua kegiatan dirumah masing – masing dari pekerjaan, pendidikan, berbelanja, dan lain-lain dengan menggunakan aplikasi smartphone yang sudah ada. Mengoptimalkan aplikasi whatsapp, telegram, instagram, twitter, dll untuk melakukan komunikasi.