Bagi pulau seperti Bali atau Lombok atau yang setara itu lebih mudah lagi.
Itulah yang disebut pool-test system.
Saya sudah minta maaf ke Hafidz. Kok baru tadi malam meneleponnya. Padahal ia sudah menghubungi saya 16 jam sebelumnya.
Waktu pertama ide ini disampaikan, saya berterus terang: perlu waktu untuk memahaminya. Saya bukan ahli matematika –rapor pelajaran berhitung saya selalu merah. Saya tidak paham algoritma. Saya agak pusing memahami rumus-rumus simulasi yang ia kirim lewat WA.
Baca Juga:Diskominfo Purwakarta Bagikan Masker Gratis Untuk WargaPantau Pemudik di Jalur Pantura, Pospam Operasi Ketupat 2020 Mulai Didirikan
Tapi sejak 16 jam itu saya sudah bisa memahami roh persoalannya: ini penting sekali. Ini mendasar sekali.
Tinggal memutuskan: mau atau tidak mau.
Hafidz, anak Jakarta (SD Johar Baru, SMAN 8) ini memang istemewa. Ia bersama temannya –alumni Informatika ITB– mendirikan satu perusahaan: membuat program komputerisasi penilaian ujian sekolah.
Saat ia membuat itu baru ada satu program sejenis di Indonesia –milik dosennya. Dan ia membuat yang beda, yang lebih sempurna –meski ia tidak mau mengatakan itu.
Masih banyak lagi sepak terjangnya. Dua tahun lalu ia mendirikan sekolah dasar (SD) Galenia di Jalan Dago –tidak jauh dari ITB.
Keistimewaan SD itu: mata pelajarannya hanya tiga.
“Hanya tiga mata pelajaran?” tanya saya takut salah dengar.
“Iya. Hanya tiga,” jawab Hafidz.
“Apa saja itu?”
“Bahasa Inggris, matematika dan Bahasa Indonesia,” jawabnya.
Ia merasa saya heran atas mata pelajaran nomor tiga itu. Maka Hafidz buru-buru menjelaskan: pelajaran Bahasa Indonesia perlu agar lulusannya nanti pandai berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.
Oh… Rupanya Hafidz sadar. Utamanya karena ia sendiri orang teknik –elektro pula: orang teknik lemah dalam sastra.
Sebenarnya ada satu mata pelajaran lagi. Tapi ia tidak menyebutnya pelajaran: renang.
“Itu pelajaran olahraga,” kata saya.
“Bukan,” jawabnya, “Itu sarana untuk membuat lebih percaya diri”.
Baca Juga:Peringati Hari Kartini, KPPI Kabupaten Subang Peduli Covid-19Tarawih Tetap Digelar, Perhatikan Protap Kesehatan
Orang yang tidak bisa berenang, katanya, kurang percaya diri. Apalagi kalau sudah harus menyeberang laut. Dan lagi “pelajaran” renang itu hanya tiga bulan. Setelah bisa renang ya sudah.
Ups… Ada pelajaran lain lagi: menghafal Alquran. Tapi ia tidak mau menyebutkan itu mata pelajaran. Itu ibadah.