Mereka juga tidak memberitakannya.
Padahal yang bicara itu tokoh ilmuwan kelas dunia asal Jepang. Pula pemenang hadiah Nobel ilmu kedokteran.
Medsos itu sangat luas menyebarkannya: Prof Tasuku mengatakan Covid-19 itu bukan alamiah. Itu bikinan orang. Kalau virus alamiah pasti hanya berjangkit di daerah dingin. Kok ini sampai ke negara gurun sekali pun. Anggapan saya ia sangat kredibel untuk bicara Covid-19. Yang bermula dari Wuhan itu.
Tapi justru Asahi Shinbun dan lain-lain tadi tidak memberitakan.
Koran-koran utama Amerika juga tidak memberitakan. Saya cari ke koran-koran di Inggris: juga nihil.
Baca Juga:Kantor Pos Distribusikan Bantuan Sosial dari Gubernur Jabar, Target 15 Hari untuk 31.000 Kepala KeluargaMayat Pria Gantung Diri Akhirnya Dimakamkan
Akhirnya saya lega. Ketika tulisan ini saya buat, saya menemukan ulasan soal itu di website yang spesialisasinya mengecek kebenaran sebuah isu. Nama website itu: News Meter. Dari Heyderabat, India.
Banyak negara sudah memiliki website yang seperti News Meter. Ketika ini tulisan selesai saya buat, beberapa media dalam negeri mulai membahasnya. Termasuk situs pengecekan fakta asal Amerika Serikat, Snopes.
Kata News Meter: semua itu hoax. Tidak benar sama sekali. Nama profesor itu benar adanya. Bahwa ia pemenang hadiah Nobel.
Tapi sang profesor tidak pernah bicara seperti itu. Bahkan tidak pernah bicara soal Wuhan.
Sewaktu membaca heboh di medsos itu hampir saja saya terpeleset –mempercayainya. Saya kan pernah terpeleset satu kali: waktu ada hoaks tentang Singapura. Yang isi hoaksnya: pendatang ke Singapura langsung dites di bandara –bila positif, langsung dimasukkan RS atas biaya sendiri.
Gara-gara harus lebih hati-hati itu saya hampir tidak percaya ketika ada berita ini: ada 3.000 penderita baru Covid-19 di Singapura. Hanya dalam dua hari.
Masak sih di Singapura, yang manajemennya begitu hebat, terjadi pendadakan seperti itu.
Baca Juga:Pemkab Anggarkan Bansos Rp24 M, Bantu Warga Kurang Mampu Empat BulanSadari Peran Kita
Ternyata pendadakan itu benar adanya. Singapura baru saja kecolongan: di barak-barak buruh kasar di sana.
Asrama buruh bangunan itu telah jadi pusat penyebaran Covid-19.
Kecanggihan ilmu manajemen seharusnya bisa mengantisipasinya. Berarti doktrin manajemen “analisis persoalan potensial” tidak dijalankan.
Singapura mirip Magetan. Yang sejak awal mestinya juga tahu: ada faktor persoalan potensial di sana. Yakni Temboro.