SMAN 1 Torjun salah satu sekolah yang notabene siswa dan guru kurang memguasai aplikasi-aplikasi dalam pembelajaran. Minim fasilitas dan siswa serta guru yang tidak terbiasa engan pembelajaran seperti ini tentuya mengalami kesulitan.Tanpa persiapan apapun, sistem belajar mengajar berubah dari tatap muka menjadi daring dengan memanfaatkan teknologi.
Mungkin masalah ini tidak hanya ada di SMAN 1 Torjun, namun ada beberapa sekolah pinggiran juga mengalami. Mau tidak mau harus siap. Selama belajar dan bekerja di rumah harus terlaksana. Karena tugas sorang guru adalah mengajar dan tugas siswa adalah belajar dengan tetap mendapatkan bimbingan dari guru.
Proses pembelajaran jarak jauh/daring sudah berjalan beberapa pekan. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa guru dan siswa melaui chat kesiapan mereka dalam belajar di rumah bervariasi. Ada yang siap, tidak siap, terpaksa siap, dan benar-benar tidak siap. Guru dan siswa sama-sama terdampak.
Baca Juga:Kecamatan Wanayasa Mulai Salurkan BLT dari Dana DesaRumah Sakit Lira Medika Buka Layanan Telekonsultasi, Jawab Kebutuhan Pasien dengan Hallo Lira
Terdapat beberapa permasalahan yang dialami oleh SMAN 1 Torjun, setelah adanya kebijakan dari pemerintah dan sekolah untuk belajar dari rumah dengan memanfaatkan tehnologi dalam pembelajaran.
Permasalahan yang dihadapi antara lain; 1) Guru bisa melaksanakan IT namun ada siswa yang tidak bisa mengoperasikan, 2) Guru dan siswa bisa ber IT namun kendalanya, siswa tidak mampu membeli paket internet, 3) Ada beberapa guru senior dan siswa tidak punya HP berbasis android, 4) Ada beberapa guru yang tidak bisa memgaplikasikan android dalam pembelajaran, hanya sebatas telpon, SMS atau chat saja. Dari permasalahan tersebut hanya ada beberapa yang melaksanakan pembelajaran daring.
Peran guru profesional
Kenyataan problem pembelajaran daring yang dialami di beberapa wilayah dengan aksesibilitas geografi yang rendah dan kondisi ekonomi orang tua maka diharapkan seorang guru harus jeli. Pembelajaran daring harus tetap dilaksanakan. Pembelajaran disesuaikan dengan gagasan Kemendikbud terkait merdeka belajar.
Setiap peserta didik mempunyai karakter berbeda. Ada siswa yang suka belajar hanya membaca dan duduk manis, belajar sambil bergerak atau belajar dengan bermain. Untuk itu, guru mempunyai tugas membantu perkembangan anak, membimbing dan membina kepribadiannya. Guru berfungsi sebagai mediator, fasilisator dan teman yang membuat situasi kondusdif untuk terjadinya kontruksi pengetahuan pada diri siwa (Poedjiadi dalam Hamzah, 2008).