SUBANG-Mengadu peruntungan dengan berjualan takjil di bulan puasa memang sudah biasa dilakukan oleh sebagian orang, termasuk di Kabupaten Subang. Beberapa masyarakat memanfaatkan momen ramadhan dengan berjualan takjil.
Namun dari pengakuan beberapa pedagang musiman ini, pendapatan jual takjil mereka pada tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Alasannya adalah tidak lain akibat penyebaran virus korona.
Seperti yang diungkapkan salah satu penjual takjil di wilayah Subang Kota, Lilis (37). Dia mengaku meskipun tidak sepenuhnya sepi, penjualan takjilnya jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya cukup berbeda. “Ya kalau disebut sepi, ya tidak sepenuhnya sepi, tapi ada perbedaan memang. Kalau tahun sebelumnya seminggu pertama di bulan ramadhan dalam sehari pendapatan bersih bisa mencapai 300 sampai 500 ribu, kalau tahun ini dapat bersih 200 sudah bagus,” jelasnya.
Baca Juga:Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Belum DiparipurnakanWarga Lembang Panik Diterjang Banjir Dadakan saat Buka Puasa
Apalagi mulai 6 Mei akan diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), meskipun belum paham secara tehnis bagaimana pemberlakuan PSBB tersebut, namun Lilis mengaku sudah mulai khawatir jika pembeli takjilnya semakin sepi. Meski dia sudah mempersiapkan beberapa strategi pemasarannya, termasuk melalui metode online. “Kalau perasaan khawatir ya ada. Cuma kita tetep ikhtiar aja, namanya juga usaha,” jelasnya lagi.
Senada dengan Lilis, Dede penjual takjil di sekitar Jalan Otista juga menyampaikan hal yang sama, bahwa pendapatan jual takjilnya mengalami penurunan. Namun dia tetap merasa bersyukur bahwa dirinya tetap bisa berjualan pada masa kesulitan seperti saat ini. “Kalau khawatir ya, namun kalau saya patokannya tetap bersyukur aja, masih banyak yang lain sodara-sodara kita yang kesulitan jauh lebih sulit dari kita, kalau saya mending masih bisa usaha, jadi ya syukuri aja,” pungkasnya.(idr/sep)