SUBANG-Anggota DPR RI Maman Imanulhaq mengkritik pemerintah yang tidak memperhatikan guru ngaji dan para kyai di kampung. Padahal menurutnya, mereka sangat terdampak oleh pandemi Covid-19.
Penghasilan guru ngaji dan guru agama serta kyai di kampung otomatis hilang. Sebab tidak ada lagi aktivitas keagamaan yang dilarang oleh pemerintah. Tapi tidak ada bantuan khusus untuk mereka.
“Guru ngaji dan guru agama sangat terdampak. Mereka dapat penghasilan dari pengajian, undangan ceramah di luar, majalis taklim dan acara kenduran. Semua itu otomatis hilang karena acara dilarang. Negara tidak punya perhatian kepada mereka,” ujar Maman sebagaimana disampaikan dalam rapat virtual dengen Kemenag, Senin (11/5).
Baca Juga:Terus Bertambah, 35 Orang Positif Covid-19 di SubangGuru Ngaji Terdampak Covid-19, Honor Bantuan Pemda Subang pun Belum Jelas
Selain itu lanjut Maman, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya disiplin tidak berlaku dan dilakukan oleh masyarakat. Terutama saat berada di pasar tradisional tradisional. “Padahal lebih gampang mengatur jamaah di masjid. Bisa diatur jarak, cuci tangan, masker atau pemeriksaan suhu badan. Penting untuk menghidupkan kembali masjid. Saya melihat ada semacam kesalahan. Akhirnya masyarakat tidak ke masjid, tapi malah berkumpul di warung misalnya, tidak melakukan ibadah,” tambah kyai muda yang akrab disapa Kang Maman itu.
Melihat kondisi itu, pengasuh Ponpes Al-Mizan Jatiwangi, Majalengka ini mengusulkan agar masjid dibuka kembali untuk ibadah. Dengan memperhatikan syaraat dan prosedur penanganan Covid-19 yang ketat.
“Harus ada komitmen dari DKM. Tidak disediakan karpet, ada pengukur suhu badan, cuci tangan terlebih dahulu. Keberadaan masjid bermanfaat untuk menumbuhkan optimisme masyarakat. Sebab masyarakat sangat ketakutan dengan informasi bersliweran. Informasi bisa tersampaikan jika masjid masih hidup. Masjid bisa menjadi penyambung lidah pemerintah,” jelasnya.(red)