PURWAKARTA-Musim panen padi rendeng, di tengah musim Pandemi Covid-19, sejumlah petani mengeluhkan harga jual gabah padi yang turun anjlok hingga 30 persen jika dibandingkan tahun lalu. Kondisi tersebut berbanding terbalik di tengah kebutuhan masyarakat akan sembako khususnya beras.
Holim ketua Kelompok Tani Sumber Sari Desa Benteng Kecamatan Campaka menjelaskan, di waktu dan musim yang sama harga gabah kering di tahun 2019 lalu yang memcapai Rp600 ribu per kwintal. “Tahun ini diwaktu yang sama dengan tahun lalu, harga gabah kering giling cuma laku Rp450 ribu. Sebagai petani jelas sangat kerugian,” keluh Holim ditemui di lokasi areal sawah miliknya kemarin (11/04).
Kondisi turunnya harga gabah, Holim menerangkan, jika saat ini petani harus sesegera mungkin mengolah sawah untuk dengan kebutuhan biaya produksi yang tidak sedikit. Dalam satu masa kali tanam sejak bajak, tanam bibit hingga masuk masa tanam. Holim mengatakan, dibutuhkan dana sedikitnya 15 juta rupiah per satu hektar sawah. “Dari satu hektare sawah biasanya hasilkan maksimal 5 ton gabah. Jika dikalikan Rp450 ribu per kwintal. Maka dari satu hektar kami dapatkan Rp22.500.000,” terang Holim.
Baca Juga:Update Covid-19 di Purwakarta, ODP dan PDP BertambahDukung Pemerintah, PT SPV Berbagi saat Pandemi COVID-19
Jika di potong modal awal, lanjut Holim, maka setiap satu hektar hanya memiliki selisih Rp7.500.000 dengan masa produksi 4 bulan atau 115 – 125 hari lamanya.
“Jika di-matematika-kan, Rp7.500.000 dibagi 4 bulan, maka hasil rata rata petani dari kepemilikan satu hektar sawah per bulan kurang lebih hanya Rp1.750.000 rupiah saja,” terangnya.
Atas kondisi tersebut, Holim dan kawan kawan petani di Desa Benteng, berharap ada perhatian dari pemerintah. Terlebih dengan kondisi pandemi covid 19. “Harapan kami ada perhatian dari pemerintah. Selain perihal harga jual gabah, petani juga berharap bantuan lain agar biaya produksi pertanian bisa ditekan untuk meningkatkan hasil dan kesejahteran petani,” tutupnya.(mas/vry)