Pasien Covid-19 yang menjalani transplant paru di Wuxi itu berumur 54 tahun.
Sebenarnya ia sudah sembuh dari Covid. Sudah dites nucleus acid. Dua kali. Selalu negatif.
Tapi parunya bermasalah. Lendirnya sangat lengket di paru. Itu menyebabkan si pasien tidak bisa bernafas. Sangat tersiksa.
Baca Juga:Pemda Provinsi Jabar Rekomendasikan Salat Idulfitri di RumahEpidemiolog Unpad Ingatkan Bahaya Penyebaran COVID-19 di Pusat Niaga
Tapi kondisi organ lain pasien itu sangat baik. Ia pun memenuhi syarat untuk di-transplant. Berhasil.
Vietnam memang belum berpengalaman di bidang itu. Belum ahli. Tapi tim Wuxi bisa dengan cepat membantu. Sesama negara komunis. Bertetangga pula.
Tapi kelihatannya Vietnam akan minta bantuan Jepang. Di Jepang sudah lebih sering dilakukan transplant paru.
Tim dari Jepang itulah yang selama ini membantu dokter Vietnam untuk mengembangkan ilmu transplant. Bahkan pernah mempraktekkannya.
Dan lagi Jepang lah sahabat terbaik Vietnam –bukan Tiongkok. Investor asing terbesar di Vietnam adalah Jepang. Hubungan Vietnam dengan Tiongkok seperti Wahabi dan Syi’ah. Sama-sama komunis tapi mazhabnya berbeda. Bahkan pernah saling serang.
Vietnam sangat percaya pada Jepang. Waktu dokter Vietnam ingin melakukan transplant pembimbingnya dari Jepang. Termasuk saat ingin mempraktekkan transplant paru yang pertama. Dua tahun lalu.
Dengan didampingi tim Jepang itu dokter Vietnam sudah sukses melakukan uji coba transplant paru itu. Di Ho Chi Minh City. Yakni tahun 2017. Pasien yang diuji coba waktu itu adalah seorang anak umur 7 tahun. Berhasil.
Baca Juga:Inilah Dua Kecamatan dan 9 Desa di Subang yang Diusulkan Tetap Berlakukan PSBBPegawai BLK Lembang Lakukan Patungan untuk Tangani Dampak Covid-19
Tim itulah yang kelihatannya akan menangani transplantasi Pasien No. 91 sebentar hari lagi.
Memang tingkat sukses transplant paru ini masih rendah –dibanding transplantasi organ lainnya. Tapi kemajuan terus terjadi. Tahun lalu sudah 80 persen pasien transplant paru yang bisa hidup lebih dari 1 tahun.
Yang bisa hidup lebih dari lima tahun baru 30-50 persen. Yang bisa 8 tahun lebih kecil lagi.
Tapi tetap saja ada campur tangan Tuhan. Saya dulu –tahun 2006– juga sudah diberi tahu: maksimal bisa hidup 5 tahun lagi. Bisa jadi benih-benih kanker akan muncul lagi. Saya diminta berpikir ulang.
Saya pun tetap memutuskan transplant. Kanker saya sudah memenuhi hati. Badan saya sudah bengkak. Wajah saya sudah menghitam.