Itulah sebabnya OK Lim masih berani menyembunyikan kerugian. Dengan harapan situasi segera berubah.
Ternyata Covid-19 justru meluas ke mana-mana. Termasuk ke Singapura sendiri. Juga ke pasar-pasarnya yang lain: Malaysia dan Indonesia.
Itu pun masih bukan satu-satunya pukulan. Di bulan Maret justru lebih parah: Arab Saudi bertengkar dengan Rusia. OK Lim lagi yang terkena. Harga minyak dunia dijatuhkan oleh Pangeran Mohamad bin Salman. Tinggal 30 dolar/barel. Padahal OK Lim membelinya dengan harga di atas 50 dolar/barel.
Baca Juga:Bosan Dirumah?, Indonesia Terserah!Bukber, IMI Korwil Subang Fokuskan Pembinaan Atlet dan Persiapan Porda 2022
Mulailah OK Lim tidak bisa menyembunyikan kesulitan. Tidak mampu membayar utang. Bahwa laba yang dilaporkan itu diakuinya fiktif. Yang sebenarnya terjadi adalah: rugi USD 800 juta.
Kalau saja OK Lim tidak menyembunyikan kerugian itu urusannya hanya dengan bank. Tapi penyembunyian kerugian itu bisa membuatnya lebih repot: masuk ranah kriminal. OK Lim kini lagi menghadapi pengusutan kriminal itu. Ia tidak lari.
“Semua itu, saya yang bertanggung jawab,” ujar OK Lim kepada media di Singapura. “Bagian keuangan memang saya suruh untuk melakukan itu,” katanya. Ketika bagian keuangan mengingatkan risikonya, OK Lim mengatakan ia sendiri yang akan menanggung risiko itu.
Jelaslah OK Lim akan –yang umurnya diperkirakan 75 tahun– menanggung apa pun akibat perbuatan itu. Ia juga harus menyelamatkan dua anaknya. Yang dua-duanya menjadi direktur di situ. Juga menjadi pemegang saham.
Tiga orang bapak-anak itulah pengendali Hin Leong. Tiga orang itu pula pemegang sahamnya –dengan porsi sang bapak 75 persen.
Hin Leong –agak mengejutkan– adalah perusahaan swasta tertutup. Belum pernah go public. Sangat langka ada perusahaan besar Singapura yang tidak melepas saham di bursa.
Dengan status non-public Hin Leong memang lebih bebas mengatur keuangan dan manajemennya.
Baca Juga:Satu Pasien Positif Covid-19 Asal Tambakdahan Meninggal, Satu Lagi Asal Cijambe SembuhPeduli Dampak Covid-19, Alumni Akpol 2001 Sarja Arya Racana Gelar Bakti Sosial
Tapi Covid-19 dan Pangeran Muhamad bin Salman mengobrak-abrik kerahasiaan perusahaan itu.
Dengan gagal bayar bank-bank pun memasuki jantung perusahaan itu. Bahkan juga otoritas keuangan dan aparat penegak hukum.
OK Lim akhirnya angkat tangan. Ia menjatuhkan pedangnya: menyerah. Ia mengajukan permintaan ke pengadilan untuk dibankrutkan.
Terhitung sejak hari Jumat seminggu yang lalu: 17 April 2020.