Cupang hias di Desa Warung Kadu Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta, berhasil menembus pasar mancanegara. Tak tanggung-tanggung, harga jual yang jauh kompetitif dibandingkan harga jual di pasar lokal.
Ikan Cupang (Betta sp) adalah ikan air tawar yang habitat asalnya adalah beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Vietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.
Pembudidaya ikan cupang di Desa Warung Kadu Kecamatan Pasawaha, Hamada Djauhari, bersyukur ikan cupang digudangnya tembus pasar mancanegara. “Alhamdulillah, tembus pasar hingga ke Negeri Jiran, seperti Malaysia dan Singapura,” ujar Hamada kepada koran ini saat ditemui di Gudang Cupang, Rabu (17/6).
Baca Juga:Mystic JaninePembelajaran Jarak Jauh dan Peningkatan Kompetensi Guru
Pasar luar negeri lebih menarik
Disebutkan Hamada, pasar luar negeri lebih menarik dan menguntungkan jika dibandingkan dengan pasar lokal. Pasalnya, kata Hamada, harga jual cupang berada di kisaran Rp500 ribu hingga Rp1 juta bergantung pada kualitasnya. “Mereka (pembeli dari luar negeri) siap bayar asal sesuai kualitas. Kalau dari sisi pemasaran sama saja dengan memanfaatkan media sosial seperti Facebook,” kata Hamada.
Bandingkan dengan pasar lokal, sambungnya, yang range harganya ada di kisaran Rp50 ribu hingga Rp500 ribu. “Meski begitu, pasar lokal tetap kami penuhi. Selain Purwakarta dan sekitarnya, pelanggan Gudang Cupang bahkan hingga Medan, Palembang, beberapa daerah di Jawa Tengah, hingga Makassar.
Meski menghasilkan untung yang tak sedikit, Hamada masih menjadikan budidaya cupang hiasnya sebagai usaha sampingan. “Awalnya juga kan dari hobi. Jadi masih mengutamakan kegemaran dalam budidayanya. Adapun keuntungan yang saya dapatkan sebagai bonus lebih dari hobi saya ini. Yang paling utama adalah nyaman dan ada kepuasan tersendiri,” ucap Hamada yang sudah menekuni budi daya cupang hias sejak beberapa tahun terakhir ini.
Hamada juga mengakui jika budidaya cupang hias ini memiliki prospek yang cukup bagus dan menguntungkan karena biaya operasionalnya terbilang murah, sementara harga jualnya tinggi. “Untuk pasar di Purwakarta cukup sulit, pasalnya banyak yang bilang harganya terlalu mahal. Padahal kualitas cupang di sini standar internasional. Karena itu pula kami tak hanya menjual tapi juga mengedukasi,” katanya.