Tak hanya itu, seorang ibu harus menjadi single parent dan terpaksa untuk mengais rezeki keluar rumah demi kebutuhan primer keluarga. Ini pun bisa jadi memunculkan masalah baru. Yang seharusnya seorang ibu di rumah untuk mendidik anak dan mengurus rumah tangga tapi terpaksa harus keluar rumah demi alasan ekonomi.
Sehingga peran domestik seorang ibu tidak bisa dilakukan dengan optimal. Dan hal ini berefek pada tumbuh kembang anak-anaknya yang harus besar tanpa banyak peran ayah dan ibu dalam membimbingnya.
Bagi kapitalisme, kasus perceraian adalah suatu hal yang biasa. Sehingga kasus perceraian meningkat pun bukanlah suatu masalah besar. Aturan kapitalisme buatan manusia hanya bisa membuat hidup semakin sempit. Masalah datang bertubi-tubi. Bahkan masalah global seperti pandemi pun belum kunjung selesai dan hal ini ternyata berefek pada kehidupan keluarga di Indonesia. Kapitalisme-sekulerisme tak bisa menjamin kemaslahatan bagi hidup manusia.
Baca Juga:Kecurangan PPDB, Gimik Berulang di Tahun Ajaran BaruTes Masif dan Pengawasan Ketat di Kawasan Puncak
Karena aturan ini mengharuskan manusia untuk membuat aturan sendiri maka saat manusia membuat aturan sendiri, aturannya pun akan penuh dengan kekurangan dan tak bisa menyelesaikan masalah manusia yang kompleks.
Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan sempurna yang Allah ridhoi. Semua permasalahan hidup manusia bisa diselesaikan dengan Islam. Dalam Islam, ikatan perjanjian pernikahan itu sangat kuat. Bahkan suami istri bukan hanya sebatas melakukan ijab kabul di hadapan penghulu, namun harus mempertanggung jawabkan ijab kabul tersebut di hadapan Allah.
Sehingga pasangan suami istri tak akan dengan mudah berpikir untuk bercerai.
Saat landasan rumah tangga itu adalah keimanan kepada Allah, maka suami dan istri akan saling berusaha taat bersama dan jika ada masalah yang menerpa biduk rumah tangga, maka akan dihadapi bersama-sama dengan menggunakan Islam sebagai solusinya. Islam akan memberikan kekuatan penuh kepada keluarga muslim untuk menghadapi berbagai ujian rumah tangga. Karena visi rumah tangga bukan sekedar mengumpulkan banyak harta untuk terjaminnya hidup, namun keridhoan Allah untuk mendapatkan syurga-Nya.
Namun ketahanan keluarga pun harus didukung penuh oleh sistem hidup yang baik, yakni sistem Islam. Untuk mewujudkan keluarga muslim yang tahan mental harus dikelilingi oleh sistem masyarakat yang menerapkan Islam dalam kehidupan.