Oleh :
1. EkoSupriyono, S.Pd., M.Pd.(Guru Geografi SMAN 3 Nganjuk ,Jatim)
2.Drs.H.Priyono(Dosen dan Wakil Dekan I Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Bulan Ramadhan berlalu, bulan yang penuh rahmat dan maghfirah dari Allah SWT yang memiliki arti istimewa bagi umat islam seluruh dunia. Di bulan itulah Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk menjadi khalifah di bumi dan di bulan ramadhan banyak peristiwa bersejarah yang memiliki arti istimewa bagi pengembangan islam.Tidak ada yang bisa menjamin apakah kita akan ketemu lagi dengan bulan Romadhon tahun yang akan datang kecuali Allah SWT, oleh karenanya setiap bulan ramadhan tiba, umat islam akan memanfaatkan secara maksimal untuk beribadah agar mendapatkan ampunan dan barokahnya.
Setelah sebulan kita digembleng menjalankan ibadah puasa puasa dan ibadah lain, diharapkan ketaqwaan kita semakin meningkat kedepanNYA, lebih-lebih dalam bulan syawal ini. Bulan Syawal berati bulan peningkatan, maka seyogyanya kita tingkatkan ketaqwaan kita, kita tingkatkan amal baik kita. Kalau selama bulan Romadhon kemarin kita rajin tadarus, rajin berinfak, rajin bershodaqoh dan amal baik lainnya, jangan sampai kita beramal baik hanya pada bulan ramadhan saja, setelah itu kita kembali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan anjuran agama sehingga hilanglah ketaqwaan kita bahkan ada yang sampai kehilangan keimanannya.
Baca Juga:Bupati Subang Tinjau Kesiapan Penerimaan Santri BaruAuto Bingung Pedagang Pasar : Antara Keselamatan dan Stabilitas Ekonomi
Untuk mengetahui kualitas puasa seorang hamba, Allah memberi perumpamaan cara berpuasa manusia dengan puasanya ular dan ulat. Ular sebelum mengganti kulitnya dengan kulit yang baru, ular melakukan puasa dulu, puasa ular hanya menahan lapar dan haus saja, sehingga begitu selesai mengganti kulitnya tabi’at ular tidak ada bedanya dengan tabi’at sebelum mengalami pergantian kulitnya.
Cara bergeraknya tetap merayap, makanannya tetap katak atau tikus, bahkan racunnya sangat berbahaya kalau menggigit. Lalu bagaimana dengan puasa ulat ? Sewaktu masih berwujut ulat memang sangat rakus, memakan daun-daun bahkan sangat merugikan manusia kalau menyerang tanaman pertanian.
Setelah itu ulat akan menjalani puasa sewaktu jadi kepompong, puasanya tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus, seluruh panca inderanya ikut berpuasa bahkan nalurinya juga berpuasa. Setelah berubah menjadi kupu-kupu maka bentuk metamorfosanya jauh dari bentuk asalnya, berbeda sama sekali dengan ulat.