KARAWANG-Ditengah pandemi covid-19, harga gabah hasil panen raya petani Karawang anjlok. Belum lagi ribuan hektare sawah di pesisir utara Karawang gagal panen. Lantaran terendam air asin banjir rob, beberapa pekan yang lalu.
Petani asal Kecamatan Cilamaya Kulon, Sadeli mengungkapkan, pandemi virus korona bukan hanya menghambat sektor ekonomi, industri, dan pendidikan. Namun, sektor pertanian pun juga perlu di perhatikan.
Sadeli menyebut, pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Karawang, masih belum dirasakan kehadirannya.
Baca Juga:Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru Bakal KetatDPRD Karawang Terus Genjot PAD, Rapat dengan Bapenda dan BKAD
Terlebih untuk urusan intervensi harga gabah di lapangan. Meskipun hasil panen melimpah, jika harga padinya anjlok, maka petani juga tak akan dapat untung.
“Dimana peran pemerintah saat harga gabah turun? Kemana pihak kemanan ditengah maraknya calo gabah di Karawang? Kana program Sergap Bulog saat harga gabah di bawah HPP?” ujar Sadeli.
Petani di kota lumbung padi seperti di pacu hanya untuk memenuhi target produksi
Senada, Petani asal Kecamatan Cilamaya Wetan, suharto mengungkapkan, petani di kota lumbung padi seperti di pacu hanya untuk memenuhi target produksi yang di patok pemerintah.
Namun, di tengah tuntutan produksi yang banyak. Petani di Karawang tak diimbangi dengan bantuan subsidi yang sepadan.
Suharto menyarankan, jika pemerintah tak sanggup membeli gabah petani saat harga anjlok.
Seharusnya, kata dia, pemerintah membuka gudang padi dengan sistem gadai. Sehingga para petani di Karawang memiliki daya saing dengan target dan harga pasar.
“Petani di sentuh hanya demi penuhi target produksi saja. Tapi belum sebanding dengan bantuan yang diberikan,” tandasnya.
Baca Juga:Penerima PKH dan BPNT di Kabupaten Subang Dipasang StikerBadan Pengawas Pemilu Kabupaten Karawang Matangkan Persiapan Pengawasan Verifikasi Faktual
Petani asal Kecamatan Lemahabang, Ade menambahkan, soal bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) dan bantuan lainnya yang sifatnya barang, hanya menguntungkan bagi oknum pengurus Gapoktan saja. Tanpa menyentuh seluruh elemen petani yang membutuhkannya.
Bahkan, sambung Ade, alsintan yang digelontorkan ke Gapoktan dinilai tidak menjunjung azaz kearifan lokal. Entah itu mesin traktor, combine, maupun transplenter dan harvest.
“Kemana sekarang alsintan itu.
Apa untuk para petani? Oh, jelas tidak. Hanya oknum gapoktan yang diuntungkan,” pungkasnya.(use/vry)