Ternyata Novi memberi ”hadiah” tahun baru yang tidak biasa: 18 kepala dinas diganti. Berlaku mulai malam tahun baru itu juga.
Tanggal 1 Januari keesokan harinya, Novi tancap gas. Birokrasi barunya sudah seperti para manajer perusahaan.
Novi ingin segera membuka kawasan industri. Yang pertama di seluruh karesidenan Kediri. Luasnya 600 hektare –untuk tahap pertama.
Baca Juga:Labelisasi untuk Rumah Orang Miskin, Perlukah?Viral, Mobil PBB Dipakai Adegan Video Mesum
Ia tidak mau kehilangan momentum: jalan tol Surabaya-Jakarta sudah hampir jadi. Saat itu. Melewati Nganjuk. Alangkah tepatnya kalau ada kawasan industri di dekat jalan tol itu.
Ia tetapkan lokasi kawasan industri itu. Perizinannya harus cepat. Penyiapannya harus lekas.
Harga tanah di Nganjuk masih lebih murah dari wilayah di sekitar Surabaya. Jarak ke pelabuhan Tanjung Perak juga kurang dari 2 jam –berkat jalan tol.
Dalam waktu setahun kawasan itu sudah jadi. Seperti afdruk kilat. Kini sudah lebih 60 perusahaan masuk kawasan industri itu.
Novi juga membangun ”lumbung RW”. Setiap ketua RT menjadi pimpinan unit bisnis untuk warganya. Khususnya petani.
Di setiap RW selalu ditemukan rumah kosong. Yang ditinggal generasi anak-cucu ke kota. Rumah kosong itu dijadikan gudang. Disewa.
Petani satu kampung menyerahkan gabah ke pak RW. Untuk disimpan di gudang tadi.
Pak RW-lah yang mengolahnya menjadi besar. Lalu menjualnya.
Baca Juga:HANI Adalah Komitmen Semua Pihak Memerangi Bahaya NarkobaMigrasi : Sebuah Strategi baru dalam Penerimaan Peserta Didik Baru(PPDB)
Setelah laku Pak RW membayar ke petani. Dengan harga 10 persen lebih tinggi dari harga pasar. Petani memperoleh harga lebih baik.
Saya belum mau menulis soal ini secara lengkap. Jangan dulu dipercaya. Saya (atau wartawan DI’s Way) harus lebih dulu menelusuri sendiri tingkat keberhasilannya. Dalam waktu dekat.
Rasanya Nganjuk akan bisa seperti Banyuwangi –yang majunya cepat sekali. Novi punya potensi menjadi Azwar Anas –Bupati Banyuwangi yang sukses itu.
Dua-duanya santri NU. Sama-sama pula dicalonkan oleh PDI-Perjuangan. Sama-sama mudanya. Hanya Novi lebih kaya harta. Anas lebih kaya pengalaman politik.
Dalam hidupnya Novi tidak pernah masuk organisasi. Waktu masih pelajar atau mahasiswa pun tidak ikut IPNU atau PMII.
Selepas SMPN 1 Nganjuk Novi diminta ibunya melanjutkan ke pondok. Novi pun masuk Darul Ulum, Peterongan, Jombang.