Beberapa komoditas produk peternakan turut mengalami dampak penurunan daya beli antara lain daging, telur, ikan dan susu serta protein hewani lainnya. Kondisi ini telah berimbas kepada kerugian bahkan ancaman kebangkrutan akibat ketidakseimbangan produktivitas usaha dengan biaya operasional usaha peternakan dan perikanan.
Sejak empat bulan social distancing diterapkan dan sebagian daerah menetapkan aturan lockdown dampaknya mulai terasa terutama dari sisi ekonomi yang mengalami pelambatan, mulai merangkak naiknya harga makanan pokok dapat dijadikan indikator bahwa kita harus waspada dan bersiap menghadapi krisis.
Menurunnya daya beli dan terbatasnya produksi makanan pokok merupakan rambu-rambu ancaman awal bagi ketahanan pangan di Indonesia. Meluasnya wabah virus korona di Tanah Air berdampak pada meningkatnya kebutuhan bahan pokok masyarakat. Wacana lockdown atau karantina wilayah yang sempat bergaung juga menambah kekhawatiran masyarakat akan terjaminnya stok komoditas kebutuhan pokok di pasar, terlebih dengan adanya lockdown dan social distancing ini menyebabkan pemerintah tidak dapat melakukan impor makanan pokok dikarenakan tertutupnya akses ekspor impor.
Tentunya semua dampak atau momok yang menjadikan ketakutan masyarakat tidak lepas dari upaya pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Pemerintah pun membutuhkan peran masyarakat untuk bersama melawan pandemi ini sampai dinyatakannya berakhir.
Baca Juga:Membedah Kualitas PBM Online:Studi Kasus di Sebuah Program Studi di PTS TerbesarKebijakan Kependudukan Terekstrim di Dunia Pada Masanya Beserta Kontroversinya “One Child Policy”
Tidak lupa selalu lakukan social distancing di setiap kegiatan, menerapkan protokol kesehatan yang telah di tetapkan, menjaga kesehatan dan tidak lupa selalu meminta perlindungan kepada allah SWT. Semoga kita bisa cepat melewati pandemi ini dan semua aktivitas masyarakat dapat berjalan seperti semula. (*)