SUBANG-Pandemi Covid-19 tidak berpengaruh besar terhadap pelaku usaha pembuatan arang. Hal itu terbukti permintaan arang asal Desa Cisaat Kecamatan Ciater, terus meningkat.
Bahkan permintaan itu terbesar berasal dari luar negeri. Omzet yang didapat pun mencapai Rp300 juta perbulan.
Pelaku usaha Arang dari Desa Cisaat Kecamatan Ciater, Tono (40) mengatakan usaha pembuatan arang yang digelutinya tidak terdampak pandemi. Pasalnya, pihaknya melakukan sistem kontrak dengan negara luar. “Ekspor hanya 1 tahun sekali, sehingga kami masih bisa produksi dan mempekerjakan karyawan,” kata Tono.
Baca Juga:El Ibnu Mengaku Temukan Ketenangan Setelah MurtadWonderland Adventure Waterpark Solusi Wisata Aman
Dia menambahkan untuk bahan baku dipasok dari pohon kopi yang sudah tidak produktif yang berasal dari Kabupaten Bondowoso-Jawa Timur. Untuk alat produksi menggunakan 10 tungku raksasa.
Adapun proses pembuatan arang dari kayu memakan waktu hingga 10 jam, sehingga menghasilkan arang kualitas tinggi dengan tingkat ketahanan mencapai 3 jam (ketika dibakar). “Sudah saatnya pelaku usaha menjadi bagian dari perdagangan antar negara. Kami melakukan usaha ini dari tahun 2016, melalui riset dan juga pengembangan,” ungkapnya.
Produksi arang miliknya, mampu mengirim belasan ton perbulannya yang diekspor ke China. “Penghasilan mencapai Rp300 juta perbulan. Ada 12 warga yang bekerja disini untuk produksi arang,” ujarnya.
Dia menyebut arang merupakan komiditi yang bisa diperbaharui, dan banyak di pakai oleh berbagai keperluan, seperti produksi mebeul, perusahaan, militer dan juga lainnya. “Kami juga akan mencoba mejalin kerjasama dengan pihak Pelabuhan Patimban, apakah akan menggunakan arang untuk operasionalnya,” ucapnya.(ygo/sep)