Hal negatif dari gawai dan televisi itu diantaranya; banyak hal yang tidak layak untuk anak. Tidak layak dilihat, didengar, diketahui, dan dipelajari. Menurut Fetty Fajriati dari Komisi Penyiaran Indonesia yang termasuk dalam pelanggaran tayangan anak-anak adalah kekerasan, mistik, pornografi, dan pengaruh negatif.
Di era yang serba digital ini, tidak mungkin rasanya menghindarkan gadget dari anak. Gadget sebenarnya bermanfaat bagi anak agar si kecil melek teknologi sejak dini. Meski begitu, sebelum mengenalkan gadget pada anak, sebaiknya memahami aturannya terlebih dahulu.
Jangan sampai niat baik untuk mengenalkan teknologi pada si kecil, justru berbalik membuat anak candu terhadap gadget yang dapat berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. Kecanduan gadget pada anak menurut dokter I Gusti Ayu Nyoman Partiwi memiki pengaruh buruk terhadap tumbuh kembangnya.
Baca Juga:Sultan Sepuh akan Dimakamkan di Astana Gunung JatiPenetapan Kepala Kanwil Kemenag Jabar Sudah Sesuai Aturan
Diantaranya adalah: penurunan perkembangan otak, bahaya radiasi, penurunan kemampuan interaksi sosial, obesitas, merusak penglihatan, kurangnya minat bermain di alam terbuka, temperamental.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, di bulan Juli ini biasanya ada peringatan Hari Anak Nasional. Tepatnya tanggal 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984. Hari Anak adalah acara yang diselenggarakan pada tanggal yang berbeda-beda di berbagai tempat di seluruh dunia.
Hari Anak Internasional diperingati setiap tanggal 1 Juni dan Hari Anak Universal diperingati setiap tanggal 20 November. Negara lain merayakan Hari Anak pada tanggal yang lain. Perayaan ini bertujuan menghormati hak-hak anak di seluruh dunia.
Masih di bulan Juli juga ada peringatan Hari Tanpa TV. Ini merupakan momen yang baik untuk mengembalikan pola pengasuhan anak pada fitrahnya. Hari Tanpa TV merupakan gerakan nasional yang mengajak keluarga di Indonesia untuk tidak menonton TV selama sehari. Kegiatan Hari Tanpa TV bukan berarti anti TV. Gerakan ini bertujuan untuk menyadarkan keluarga di Indonesia, bahwa masih banyak kegiatan lain yang lebih bernilai daripada menonton TV.
Pada umumnya anak lebih mudah menerima informasi yang mereka lihat dan dengar. Apabila mereka terus melihat adegan-adegan kekerasan, mistik, pornografi, dan pengaruh negatif, seperti merokok atau narkoba, maka mereka akan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Jika hal ini terus berlanjut, dikhawatirkan anak-anak tersebut akan melakukan hal yang sama.