Pun Pak Harto sendiri sudah minta agar Nasution mau menjadi pejabat presiden –entah sungguh-sungguh atau hanya taktik Soeharto untuk menjaga perasaan Nasution.
Yang jelas Nasution tidak mau mengambil kesempatan itu. Nasution justru menyilakan Soeharto yang tampil. Yang baru 42 tahun. Yang pangkatnya baru bintang dua. Yang jabatannya baru Pangkostrad. Bayangkan bagaimana kalau waktu itu Nasution tiba-tiba bilang: ya saya mau!
Amin Rais, sebagai bapak reformasi, juga punya kesempatan serupa. Juga tidak mau. Sayangnya belakangan ia sangat mau jabatan itu –justru ketika timing-nya sudah lewat.
Jadi, apakah Tim Erick Thohir ini akan bisa berjalan?
Baca Juga:MUI Minta Polisi Usut Oknum yang Sebar Hoaks soal Kue KleponJabar Terima Bantuan Satu Unit Mobil Lab PCR dari BNPB
Seharusnya bisa. Kita ini orang baik-baik. Lihatlah menteri pertanian. Toh biasa-biasa saja. Meski presiden menunjuk menteri pertahanan sebagai penanggung jawab lumbung pangan di Kalteng. Menteri kesehatan juga baik-baik saja. Meski untuk urusan Covid-19 dibentuk Tim Doni Monardo.
Apalagi Erick Thohir memang punya kemampuan untuk membangkitkan ekonomi. Budi Sadikin punya kapasitas untuk membuat terobosan kemajuan. Ia seorang teknokrat dengan latar belakang istimewa: ilmu nuklir (ITB) dan ilmu perbankan plus manajemen (Citibank dan Bank Mandiri).
Doni Monardo juga pandai bikin terobosan –di tengah beratnya persoalan. Sangat mungkin, bagi Doni, persoalan otoritas lebih berat dari Covid-nya sendiri. Kini Doni Monardo bisa mendapat keputusan cepat dari Erick Thohir. Hanya masalahnya tetap: apakah tim Doni Monardo sudah akan bisa mem-by pass birokrasi, termasuk sampai di seluruh pemda.
Tim Erick Thohir ini –untuk meminjam istilah motivator Mario Teguh– super sekali.
Baladewa diberi senjata Nanggala. Oleh dewa. Kresna dibekali senjata Cakra. Adipati Karna diberi senjata Konta. Arjuna pun diberi dewa senjata Pasopati. Saya masih menunggu, kali ini, dewa akan memberi Erick Thohir senjata apa.(Dahlan Iskan)