PURWAKARTA-Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta menggelar diskusi lintas iman sebagai upaya menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda.
Dialog yang diselenggarakan oleh Bidang Kepemudaan Disporaparbud bekerjasama dengan Komunitas Lintas Iman ini digelar di Aula Sport Center Jaya Perkasa Purnawarman, pada Sabtu (25/7).
Hadir beberapa tokoh agama, perwakilan Gusdurian, Pemuda Lintas Iman (Pelita), IPNU, PMII, Pemuda Gereja Kristen Pasundan Purwakarta dan Sadang. Turut hadir Pemuda Parisadha Hindu Dharma (PHDI) Purwakarta, OMK Paroki Salib Suci, dan Persaudaraan Muda Mudi Vihara Budi Dharma, FOMPA serta GMWA.
Baca Juga:Nikita Willy Resmi Dilamar Cucu Bos Blue BirdDinas KUPP Lakukan Revitalisasi Pasar Citeko, Sekolah Pasar, Ajak Pedagang Tingkatan SDM
Diskusi lintas iman tersebut mengangkat tema umum ‘Fanatisame Beragama, Mestikah? Sebuah Upaya Memperkuat Toleransi Sejak Dini Dalam NKRI’. Menghadirkan narasumber Direktur Indonesia Berfilsafat, Dr. Ammar Fauzi yang dipandu Vania Desiwilona dari Persaudaraan Muda Mudi Vihara Budi Dharma.
Menurut Ammar, fanatisme itu energi untuk bangkit dan terus berjuang. Tanpa fanatisme, cita-cita hidup perjuangan dan pembangunan hanyalah idealisme utopis dan angan-angan.
Fanatisme tidak perlu dikhawatirkan menjadi radikalisme dan anarkisme
“Dalam koridor rasionalitas dan nilai-nilai kemanusiaan, fanatisme tidak perlu dikhawatirkan menjadi radikalisme dan anarkisme. Untuk menjadi insan toleran pun perlu fanatisme. Para bapak pendiri bangsa telah meletakkan Pancasila yang berperan efektif sebagai koridor fanatisme dalam rasionalitas dan radikalitas toleransi,” kata Ammar memaparkan.
Terpisah, Kabid Kepemudaan Disporaparbud Purwakarta, Ahmad Arif Imamulhaq, melalui Kepala Seksi Kepemimpinan dan Kepeloporan, Abi Jawahir mengatakan, dialog tersebut digelar dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda.
“Bagi generasi muda ini sangat penting untuk memahami secara mendalam situasi kebatinan terbentuknya negara dan Bangsa Indonesia di awal-awal kemerdekaan. Di antaranya pada saat perdebatan tentang pembahasan Pancasila dan UUD 1945,” kata Abi saat dihubungi, Ahad (26/7).
Diketahui, lanjut dia, para pendiri bangsa yang terdiri dari tokoh agama, akademis dan pejuang kemerdekaan itu mencari titik kesamaan dengan pandangannya masing-masing untuk mempersatukan dan mewujudkan Indonesia kala itu.
“Dialog dengan mengedepankan ilmu, akal sehat dan hati yang bersih tanpa menyertakan kepentingan kelompok apalagi pribadi sangat penting untuk terus dipraktikkan di kalangan anak-anak muda. Tujuannya agar cara berpikir dan perilaku mereka selalu terbuka untuk kebenaran dan kebaikan,” ujar Abi menjelaskan.