Oleh:
Luthfika Khuffana dan Rizeky Widyastuti
(Mahasiswa semester 4 Fakultas Geografi UMS)
Sejak tahun 2003 sampai dengan 2011 Jerman mengalami pertumbuhan penduduk yang rendah. Titik terendah pertumbuhan terjadi pada tahun 2011 dimana pertumbuhan penduduknya berada di -1,9 persen atau dibawah nol persen. Hal ini berarti populasi di Jerman mengalami penurunan secara terus-menerus tanpa ada peningkatan jumlah kelahiran.
Sensus penduduk di Jerman tahun 2011 juga mengungkapkan bahwa penduduk Jerman 1,5 juta lebih sedikit dari yang selama ini diperkirakan yaitu sebesar 80,2 juta jiwa dan mencapai 83,2 juta jiwa pada tahun 2019. Ini terjadi karena penduduk Jerman tersebut bukan merupakan warga asli keturunan Jerman melainkan imigran dengan paspor.
Sampai dengan 2015 tiga tren yang masih menandakan perkembangan demografi Jerman adalah: angka kelahiran rendah, meningkatnya usia harapan hidup, dan kondisi masyarakat yang menua. Walaupun data dari Badan Statistik Federal Jerman mengungkapkan bahwa banjirnya pengungsi pada tahun 2015 yang dialami Jerman ternyata dapat mendongkrak angka kelahiran bayi hingga mencapai titik tertinggi dalam 33 tahun terakhir akan tetapi hal tesebut belum dapat memecahkan tren kependudukan yang terjadi.
Baca Juga:Pertumbuhan Penduduk dan Paradigma Dalam Perencanaan Pemukiman di IndonesiaDOWRY DEATH IN INDIA
Menurunnya jumlah populasi di Jerman bukan lagi menjadi rahasia umum di tengah keengganan warga negara Jerman untuk menikah dan memiliki anak. Penurunan populasi juga diakibatkan kenaikan jumlah kematian di Jerman karena penduduk usia lanjut yang terus bertambah. Hingga pada 2016 negara Jerman menjadi negara dengan populasi tertua kedua di dunia setelah Jepang akibat Jumlah penduduk Jerman yang berusia 60 tahun ke atas mencapai sepertiga dari seluruh populasi yang ada.
Fenomena seperti ini tentu tidak asing terjadi di negara maju. Berbeda dengan negara berkembang yang memiliki jumlah populasi yang terus meroket, negara maju cenderung mengalami penurunan angka kelahiran yang tak kalah besar. Hal ini tentu sangat berkaitan erat dengan kebiasaan penduduk yang ada.
Negara maju beranggapan bahwa menikah dan memiliki anak bukan keharusan untuk sepasang kekasih bersama. Menikah bagi pasangan disana hanyalah hitam diatas putih yang tak berarti banyak. Selama mereka hidup bahagia status pacaran dan tunangan sudah lebih dari cukup untuk jadi alas an mereka tinggal bersama.