BANDUNG – Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil menyampaikan kepada Presiden RI Joko Widodo bahwa Provinsi Jabar yang berpenduduk hampir 50 juta jiwa, masuk dalam kategori daerah paling rawan terhadap paparan COVID-19.
“Jabar sendiri kalau dalam teori kerawanan, kami ini pak (Presiden) paling rawan karena jumlah penduduknya 50 juta, karena COVID-19 adalah penyakit yang berhubungan dengan jumlah populasi, maka kami punya potensi (kerawanan) yang paling tinggi,” kata Ridwan kepada Presiden Joko Wido saat rapat koordinasi di Makodam III Siliwangi, Kota Bandung, Selasa.
Namun, kata gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu, berkat kekompakan yang terjalin antara Pemprov Jabar dengan 27 kabupaten/kota yakni dengan selalu menggelar rapat koordinasi penanggulangan COVID-19 selama empat bulan ini, maka kasus penyebaran virus corona di wilayah ini bisa dikendalikan.
Baca Juga:Tiga Anomali Penggerak Ekonomi Jabar Tumbuh Saat PandemiProgram Santri Tani Dapat Gerakan Ekonomi Jabar
“Kita selalu rapat setiap Senin selama empat bulan terakhir. Kasus di kami (Jabar) yang aktif kurang lebih tinggal 2.900, yang sembuh sudah 4.400, total penduduk sebesar 50 juta, kami di urutan kelima (nasional),” ujarnya.
Menurut dia, salah satu keputusan terbaik dalam penanggulangan COVID-19 di Jabar adalah mengikuti arahan Presiden Joko Widodo yakni melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.
Kami meng-PSBB-kan seluruh provinsi, itu keputusan paling masif mengendalikan 50 juta manusia di 27 kota/kabupaten, perbatasannya kita atur. Dengan PSBB skala provinsi, bapak bisa melihat grafik reproduksi (COVID-19) kami rata-rata terkendali di bawah satu karena pembatasan sosial,” kata dia.
Oleh karena itu, kata Kang Emil, pihaknya melihat dengan situasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) saat ini, pihaknya bisa menggunakan teori yang disampaikan Presiden Jokowi yakni dengan “teori gas dan rem” untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 di Provinsi Jabar.
“Nah ini juga mengakibatkan kapasitas rumah sakit di Jabar hanya 31 persen, jadi memang apakah ini juga sama di level nasional. Di jabar dari 2.900 (yang positif COVID-19) itu 70 persennya memang OTG (orang tanpa gejala) juga, jadi yang dirawat hanya 30 persen dari 2.900 yang kena,” kata dia. (rls)