BANDUNG-Rencana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di 27 SMA/SMK dan sederajat di Kabupaten Bandung Barat yang rencananya digelar tanggal 18 Agustus batal dilaksanakan. Mulanya, puluhan sekolah di empat kecamatan diizinkan menggelar KBM tatap muka karena berada di zona hijau. Empat kecamatan tersebut di antaranya Cipendeuy, Sindangkerta, Rongga dan Gununghalu.
Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan (KCD) Jawa Barat Wilayah VI, Ester Miori Dewayani mengatakan, alasan ditundanya pembelajaran tatap muka disebabkan beberapa faktor, di antaranya masih ada orangtua siswa yang belum setuju dengan kebijakan tersebut. “Belum semua orangtua mengizinkan, ada kekhawatiran mendalam terkait hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Ester, Selasa (18/8).
Selain itu, para guru belum menjalani test virus korona karena rencananya baru akan dilaksanakan dalam jangka waktu dekat ini. Ester menyebutkan, pihaknya menargetkan pembelajaran tatap muka di zona hijau bisa dimulai September mendatang. “Mudah-mudahan September sudah jalan. Saya juga berharap tidak ada guru yang reaktif dan seluruh orangtua menyetujui,” ujar Ester.
Baca Juga:Target Perda RDTR Selesai Bulan IniKadishub: Juru Parkir Ilegal Bocorkan PAD
Semua protokol kesehatan telah siap
Dia menerangkan, untuk kesiapan protokol kesehatan seperti fasilitas maupun teknis saat ini tengah dikebut. Setelah semuanya beres, rencananya akan disimulasikan. “Kesiapan handsanitizer, tempat cuci tangan, dan kapasitas kelas sedang dimatangkan. Semuanya sedang dikebut,” tuturnya.
Menurut dia, kegiatan pembelajaran tatap muka wajib memenuhi beberapa persyaratan ketat. Sekolah tidak hanya cukup berpegangan pada status daerah yang berada di zona hijau, kesiapan tenaga pengajar dan fasilitas belajar juga harus terpenuhi.
Beberapa hal lainnya yang juga harus diperhatikan oleh pihak sekolah yakni desain ruang kelas yang jumlah siswanya maksimal 13 orang. Disamping itu, meja siswa juga wajib dilengkapi penghalang untuk mencegah penularan. “Pihak sekolah juga harus menyetting ulang ruangan kelas, siswa dan guru harus memakai masker, face shield, serta meja dilengkapi penghalang plastik transparan,” ungkap Ester.
Sekolah juga harus memastikan sistem giliran atau shift berjalan untuk mencegah kerumunan. Bisa jadi, dalam satu minggu tidak seluruh siswa bisa tatap muka sekaligus sehingga sebagiannya mungkin menjalankan pembelajaran daring.