Taufiqurrahman adalah lulusan Madrasah Aliyah di situ. Rumahnya sendiri masih 30 km dari Annuqayah.
Pesantren itu diasuh beberapa kiai. Salah satu anak kiai di situ kuliah filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta. Lulus UGM kiai muda itu kembali ke Annuqayah. Mengajar di situ.
“Saya kagum pada beliau,” ujar Taufiqurrahman. “Begitu lulus Aliyah saya ingin kuliah filsafat di UGM,” tambahnya.
Baca Juga:Momentum Pulihkan Sektor EkonomiJokowi Ajak Masyarakat Berhijrah, Tidak Gampang Marah
Ia pun mendapat beasiswa dari UGM –yang lantas dialihkan ke Bidik Misi-nya kementerian pendidikan. Uang dari beasiswa itu sebagian ia gunakan untuk memperdalam bahasa Inggris. Ia ikut kursus-kursus bahasa Inggris di Jogja.
“Saya harus bisa membaca buku-buku filsafat dalam bentuk aslinya yang berbahasa Inggris,” katanya.
Wajar kalau banyak yang penasaran siapa Taufiqurrahman. Ternyata ia baru lulus S-1 Fakultas Filsafat UGM tahun lalu. Ia sudah biasa menulis tapi baru sekali ini terlibat dalam polemik seserius ini.
Apakah kenal secara pribadi dengan tokoh-tokoh yang ia serang itu?
“Tidak,” katanya.
“Pernah bertemu? “
“Tidak.”
“Pernah membaca tulisan mereka? “
“Sering. Saya mengagumi tulisan mereka,” jawabnya.
“Pernah membuka YouTube yang isinya kuliah filsafat Uli Abshar Abdalla tentang Imam Al Ghazali?”
“Pernah. Beberapa kali,” jawabnya.
Nada suara Taufiqurrahman khas orang pondok. Lirih, rendah hati dan sangat sopan. Sama sekali tidak sama dengan tulisannya.
Misalnya saat ia menanggapi tulisan Ulil soal ‘Saintism’.
Tulisan Ulil yang panjang itu ia anggap hanya pamer nama-nama besar tokoh filsafat dunia. “Intinya hanya satu: Ulil tidak suka Saintism. Selebihnya adalah tulisan soal otobiografi intelektual Ulil sendiri,” tulisnya.
“Saya tidak akan mengomentari biografi intelektual Ulil karena itu memang tidak penting untuk polemik ini. Saya hanya ingin menunjukkan satu kekeliruan dan satu kelemahan Ulil. Yakni bahwa ia salah dalam mendefinisikan Saintism,” tulisnya.
Baca Juga:Orang Hijrah dan Bercadar kok Dihina, Five Vi Lapor PolisiJejak Khilafah yang Abadi
Demikian juga ketika membantah premis Goenawan Mohamad (GM). “Dua premis itu mungkin hanya betul di pikirannya GM sendiri,” tulisnya.
GM memang menanggapi tulisan AS Laksana. Panjang lebar. Taufiqurrahman menanggapi GM. Dibalas GM. Dibalas lagi oleh Taufiqurrahman. Sampai empat kali.