Menurut cerita, RH Moch Yusuf atau lebih dikenal dengan Baing Yusuf, merupakan salah seorang tokoh ulama penyebar agama Islam di era 1800-an. Kini, Baing Yusuf sudah wafat.
Akan tetapi, peninggalannya tetap abadi dan selalu dikenang oleh kaum muslimin
Masjid Agung Purwakarta sendiri, merupakan salah satu peninggalan bersejarah Baing Yusuf. Bahkan, saking kuatnya ikatan antara sang ulama dengan masjid tersebut, sampai tempat peristirahatannya pun tak jauh dari masjid tersebut.
Kerap menjadi tujuan wisata religi bagi masyarakat
Pengurus Masjid Agung Baing Yusuf Purwakarta, RH Sanusi AS membenarkan, jika selama ini Masjid agung dan makam Baing Yusuf ini kerap menjadi tujuan wisata religi bagi masyarakat. Tak hanya masyarakat lokal, para peziarah pun banyak di antaranya dari luar kabupaten.
Baca Juga:IDI Kabupaten Subang Ingatkan Masyarakat Terapkan Prokes Covid-19Program FKS, Desa Kiarasari Segera Miliki Jogging Track
“Masjid Agung, juga menjadi salah satu tujuan wisata religi di Purwakarta,” ujar Sanusi.
Dari silsilahnya, lanjut dia, Baing Yusuf merupakan tokoh ulama kelahiran Bogor 1700-an. Ia datang ke Purwakarta, sekitar 1820. Saat itu, pusat pemerintahan Karawang berada di wilayah Wanayasa. Konon kabarnya, Baing Yusuf ini merupakan masih keturunan Raja di Kerajaan Padjajaran.
Pada 1826, lanjut Sanusi, Baing Yusuf mulai membangun masjid. Masjid tersebut, saat itu masih berada si tengah hutan belantara. Karena, pusat pemerintahan saat itu bukan di pusat Purwakarta. Melainkan, jauh ke wilayah selatan, yakni tepatnya di alun-alun Wanayasa.
Kemudian, masjid besar yang dibangun Baing Yusuf ini pada masanya dijadikan tempat syiar Islam di wilayah Purwakarta. Apalagi, saat itu pemeluk agama Islam masih sangat jarang. Makanya, Baing Yusuf mendirikan tempat untuk kajian agama Islam.
“Sejak kecil, beliau memang sudah sangat cerdas. Menurut cerita, pada usia belia Baing Yusuf sudah fasih Bahasa Arab. Lalu, saat usia 12 tahun, beliau hafal Al Quran. Bahkan, beliau pernah belajar Islam di Makkah, Arab Saudi,” cerita Sanusi.
Baing Yusuf mensyiarkan Islam dengan bahasa sunda
Namun, meskipun fasih berbahasa arab berdasarkan sejarah, saat itu Baing Yusuf mensyiarkan Islam dengan bahasa sunda. Apalagi, saat itu masyarakat Purwakarta belum mengenal dan memahami bahasa latin, bahasa arab, ataupun bahasa jawa kuno.