Bukti Baing Yusuf menyebarkan Islam dengan bahasa sunda, yaitu dari kitab fikih dan tasawuf yang disusunnya. Meskipun tulisannya pakai bahasa arab, kitab tersebut diterjemahkan dalam bahasa sunda.
Pada 1830-an, lanjut Sanusi, pusat pemerintahan pindah dari Wanayasa ke Purwakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini, semakin berkembangnya penyebaran agama Islam. Apalagi, keberadaan Masjid Agung ini sangat strategis. Yakni, berdekatan dengan pusat pemerintahan (kantor bupati) dan kesininya dekat dengan lembaga pemasyrakatan (Lapas).
“Baing Yusuf konon pernah menjadi murid Syekh Campaka Putih atau Pangeran Diponegoro,” ujarnya.
Baca Juga:IDI Kabupaten Subang Ingatkan Masyarakat Terapkan Prokes Covid-19Program FKS, Desa Kiarasari Segera Miliki Jogging Track
Tak hanya itu, Baing Yusuf juga banyak muridnya. Salah satunya, Syekh Nawawi Al Bantani, pengarang kitab asal Banten. Jejak sejarah Baing Yusuf ini, kini semakin banyak digandrungi masyarakat. Masyarakat dari berbagai daerah, menyempatkan diri untuk menunaikan shalat baik shalat wajib maupun sunah di Masjid Agung Baing Yusuf.
Tak ketinggalan, warga juga menziarahi makam Baing Yusuf dan para muridnya. Mengingat, komplek pemakaman tersebut jaraknya hanya 100 meter dari Masjid Agung.
Anda tertarik mengenal sejarah Islam di Purwakarta, silahkan kunjungi Masjid Agung dan komplek pemakaman Baing Yusuf.(mas/ysp)