Memaknai Kemerdekaan Sila Pertama
“KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Bagian ke dua
Oleh: Kang Marbawi
Salam saudara sebangsa dan setanah air. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan rasa syukur bahwa kita hidup di tanah air Indonesia yang diberkahi. Minggu lalu kita mendiskusikan makna Sila Pertama berdasarkan Butir Pancasila Versi Tap MPR No.1 tahun 2003 dan versi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Diskusi kita tentang menjalankan agama dan keyakinan yang berkeadaban dan berkeadilan. menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini artinya bahwa buah dari agama adalah para pemeluk agama memiliki sikap yang berakhlak. Dari sikapnya yang berakhlak tersebut, mampu melahirkan peradaban dan kebudayaan yang maju dan besar. Sikap berakhlak mencerminkan keadaban pemeluk agama yang memahami nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, penghargaan terhadap perbedaan, dan mampu menebar kedamaian dimanapun dia berada.
Baca Juga:Gunakan Narkoba, Kang Jamal Preman Pensiun Kembali Ditangkap PolisiPengurus Lazisnu Binong Dilantik
Saat ini kita akan meneruskan diskusi kita tentang menjalankan agamayang berkeadaban dan berkeadila. Kata kunci dari berkeadaban adalah menjalankan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, penghargaan terhadap perbedaan, dan mampu menebar kedamaian dimanapun dia berada.
Point tersebut sesuai dengan makna dari tujuan beragama itu sendiri. Lagi-lagi saya mohon izin untuk mendiskusikan dulu makna kedamaian sebagai bagian dari keadaban beragama dalam versi Islam.
Saya ingin menyitir satu makna lagu yang dipopulerkan oleh Nisa Syabyan berjudul “deen salam” yang artinya “Agama Damai”.
“Seluruh bumi ini akan terasa sempit
jika kita hidup tanpa toleransi
namun jika hidup dengan perasaan cinta
meski bumi sempit kita kan bahagia
melalui perlaku mulia dan damai
sebarkanlah ucapan yang manis
hiasilah dunia dengan sikap yang hormat
dengan cinta dan senyuman
sebarkanlah diantara insan
Inilah Islam agama perdamaian”
Lirik lagu tersebut memang menggambarkan makna dari beragama: bertoleransi, mencintai sesama, saling menghormati dan memuliakan kemanusiaan. Makna ini juga sangat tepat dengan makna “Iman”, makna “Islam” dan makna “Ihsan”, sebagai unsur pokok agama. Mari kita perhatikan satu persatu makna tersebut.
Makna Iman (secara harfiah) adalah “mengamankan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang mengganggu dan membahayakannya.” Pelakunya adalah mukmin yaitu orang yang mengamankan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang menggangu dan membahayakan. Jadi Iman adalah “mengamankan diri dari azab Allah agar terhindar dari murka, siksaan, dan neraka-Nya.