Alih-alih untuk kepentingan rakyat namun sejatinya hal ini semakin menunjukkan bahwa dengan adanya mega proyek Cisumdawu ini justru hanya diperuntukkan bagi kalangan tertentu saja. Karena tidak semua rakyat menikmati akses jalan tol yang dibangun pemerintah. Apalagi sumber dana yang didapat adalah dengan dana pinjaman swasta dan asing sehingga memungkinkan pembangunan jalan tol ini akan menjadi fasilitas komersil dengan tarif selangit.
Tidak hanya itu, rakyat yang terdampak dari pembebasan lahan pun merasa dirugikan karena harga yang ditawarkan pemerintah tidak sebanding dengan harga yang diajukan pemilik lahan.
Pemerintah sebagai fasilitator rakyat seharusnya mampu mendahulukan infrastruktur mana yang lebih vital sehingga didahulukan pembangunannya. Banyak jalan, jembatan, sekolah-sekolah yang rusak serta sarana dan prasarana lain yang lebih dibutuhkan masyarakat justru terbengkalai dan dibiarkan. Namun ini menjadi sesuatu yang wajar jika pemerintah mengadopsi sistem ekonomi kapitalis yang hanya mementingkan keuntungan semata tanpa menghiraukan kebutuhan pokok rakyatnya.
Baca Juga:Seri Belajar Filsafat Pancasila 10Peningkatan Kasus Perceraian, Indikasi Rapuhnya Pondasi Keluarga
Islam dan Infrastruktur
Menjadikan hidup rakyat sejahtera adalah kewajiban seorang pemimpin (Khalifah). Kesejahteraan tidak akan muncul jika tidak terpenuhi sarana dan prasarana menuju kesejahteraan itu sendiri. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur untuk memperlancar distribusi dan pemenuhan kebutuhan rakyat.
Dalam sistem ekonomi Islam, Khalifah berkewajiban memenuhi kebutuhan dasar setiap individu. Maka seorang Khalifah perlu membangun infrastruktur vital yang wajib ada di tengah-tengah masyarakat agar kehidupan bisa berjalan dengan baik.
Hal ini sebagaimana pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab yang menyediakan pos dana khusus dari baitul mal untuk mendanai pembangunan infrastruktur, khususnya jalan dan semua hal ihwal yang terkait dengan sarana dan prasarana jalan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan transportasi antara berbagai kawasan negara Islam dalam rangka pemenuhan kesejahteraan rakyat. Khalifah Umar bin Khattab menguraikan petunjuk Al Qur’an yang menunjukkan bahwa pembangunan mengharuskan adanya infrastruktur yang memberikan rasa aman dan tidak membuat para musafir bersusah payah membawa minuman dan perbekalan, yang tentunya semua ini diberikan cuma-cuma tanpa imbalan sedikit pun.