Pembangunan yang dilakukan dengan penebangan pohon dan penutupan tanah oleh aspal dan semen pun menghambat proses infiltrasi saat terjadi presipitasi (proses pencairan awan hitam hingga turun menjadi hujan). Sehingga banyak air yang terbuang langsung ke sungai. Tidak hanya itu, pebisnis air mineral kemasan serta kebiasaan boros pemakaian air, juga mengurangi debit air.
Perilaku membuang sampah sembarangan dan pengolahan sampah yang tidak tepat, menyebabkan polusi air, udara dan tanah, juga sebagai faktor penyebab kekeringan. Dari sini bisa kita lihat bahwa perilaku manusialah penyebab kekeringan. Manusia yang merusak alam. Dari mulai penguasa dengan kebijakannya hingga masyarakat, tidak menjaga alam.
”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS Ar-Rum[30]:41).
Baca Juga:Di Masa Pandemi, Keluarga Tetap HarmoniMega Proyek Cisumdawu, Untuk Siapa?
Kekeringan adalah persoalan sistemik. Penguasa yang bertanggung jawab mengurus umat, berperan besar mengatasi persoalan sistem. Jika sistem yang ada sekarang terbukti merusak dan menimbulkan banyak permasalahan, maka solusi hakiki adalah ganti sistem. Liberalisasi hanya menguntungkan para kapital, tidak menyelesaikan permasalahan umat.
Islam memiliki solusi tuntas mengatasi kekeringan baik itu solusi teknis maupun non teknis. Solusi teknis yaitu mulai dari mengkaji penyebab kekeringan, kemudian memetakan wilayah kekeringan dan dampaknya terhadap kehidupan makhluk. Serta melakukan upaya pencegahan, rehabilitasi dan solusi bersama-sama antara penguasa dan rakyat.
Solusi non teknis adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengajak umat meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, bertaubat dan kembali kepada Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Memohon pertolongan pada Allah Subhaanahu wa ta’ala melalui doa serta ibadah nafilah dalam salat istisqo.
Khalifah Umar untuk Sungai Nil di Mesir yang menyatakan: “Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin, untuk Sungai Nil penduduk Mesir. Amma badu jika engkau mengalir karena kehendakmu dan perkaramu, maka janganlah engkau mengalir karena kami tidak membutuhkanmu. Namun jika engkau mengalir karena perintah Allah yang Maha Esa dan Kuasa, Dialah yang telah membuatmu mengalir. Kami memohon kepada Allah agar Dia membuatmu mengalir”.