Laporan polisi itu, menurut Anil, untuk menutupi pelanggaran hukum mempekerjakan Mbak Parti di rumah dan kantor Karl. Mereka takut pelanggaran hukum itu terbongkar manakala Mbak Parti lapor ke kementerian tenaga kerja. Itu mengkhawatirkan mereka karena Karl pernah mendengar Mbak Parti akan lapor ke kementerian.
Motif pemecatan itu sendiri aneh: hanya karena Karl marah. Yakni ketika Mbak Parti tidak mau lagi mengerjakan pembersihan toilet di rumah Karl. Hanya toilet. Pembersihan yang lain tetap dia lakukan. Demikian juga pembersihan kantor.
Kelak, kalau ketemu Mbak Parti, saya ingin bertanya, ada apa dengan toilet itu? Kok dia tidak mau lagi membersihkannya.
Anil menang telak di motif perkara ini.
Dan hakim tinggi Chan Seng Onn bikin putusan hebat itu.
Maka Mbak Parti pun bebas.
Hidup Mbak Parti!
Hidup Anil!
Hidup HOME!
Baca Juga:Protes Galian C, Puluhan Warga Geruduk Kantor Desa JabongMelonjaknya Angka Perceraian Akibat Terguncangnya Ketahanan Keluarga
HOME adalah singkatan Humanitarian Organisation for Migration Economics. Yang mendirikan adalah seorang wanita, Bridget Tan. Dia menggunakan uang pensiunnyi sebanyak 60 ribu dolar Singapura untuk menolong buruh migran itu.
Semula Tan aktif di lingkungan organisasi sosial Katolik Singapura. Tapi dia berhenti karena merasa gereja kurang mendukung program seperti yang dia inginkan. HOME sampai menggalang dana untuk Mbak Parti. Untuk modal hidupnyi setelah perkara ini selesai.
Dalam satu hari saja, HOME berhasil mengumpulkan dana untuk Mbak Parti sebesar 28 ribu dolar. Atau sekitar Rp 300 juta. Orang-orang di Singapura begitu simpati pada Mbak Parti—yang sudah empat tahun tidak bekerja.
Akan ke mana Mbak Parti setelah ini? Akankah kembali bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura? “Saya akan pulang ke Indonesia. Akan akan jualan makanan,” kata Mbak Parti.
Selama ini, Mbak Parti berhasil menyembunyikan masalah yang dia hadapi dari orang tuanyi. Dia sangat khawatir orang tuanyi terguncang. Maka selama hampir 4 tahun tinggal di shelter HOME itu mbak Parti dikira masih bekerja seperti biasa.(Dahlan Iskan)