- Pelaku Mengaku Orang Deket Bupati Imas
- Modusnya Hampir Sama dengan Target IM
SUBANG-Modus mengatasnamakan orang dekat bupati dalam rotasi mutasi kembali terungkap. Pelaku berusaha meyakinkan korban ASN bisa mendapatkan promosi jabatan. Akhirnya korban menyerahkan uang sebesar Rp7,5 juta. Uang tersebut diserahkan tiga kali yaitu Rp1,5 juta, Rp5 juta dan Rp 1 juta.
Pengakuan itu menambah panjang deretan skandal mafia rotasi mutasi di Pemkab Subang. Setelah sebelumnya mafia itu membidik IM yang hampir terkena bujuk rayu pelaku, Modusnya sama, mengatasnamakan orang dekat bupati.
Sebut saja ASN yang menjadi korban berinisial Mr I. Pelaku mengaku orang deket Bupati Imas Aryumningsih, ketika itu. Pelaku mulanya menghubungi Mr I melalui Facebook. “Ada yang menghubungi saya, dia mengaku tim Bu Imas, tim promosi jabatan,” ungkap ASN kepada Pasundan Ekspres, Rabu (15/9).
Baca Juga:Pengawasan Wabup dan Saber Pungli DipertanyakanMengenal Benteng Tjikahoeripan Gebied Ikon Bandung Barat
Kejadian tersebut terjadi beberapa minggu sebelum Bupati Imas ditangkap oleh KPK. Korban pun berusaha mencari pelaku. Namun tidak ketemu sampai sekarang.
Mr I tersebut sebelumnya tidak mengenal pelaku. Oleh korban pelaku disebut berinisial “W”. Pelaku dan Mr I tersebut akhirnya bertemu.
Mr I begitu yakin dengan pelaku, karena pelaku menunjukkan bahwa dirinya kenal dekat dengan bupati Imas bahkan dengan pejabat-pejabat di Pemda Subang. “Saya begitu percaya karena omongannya bagus, dia ngomongin pejabat-pejabat banyak,” ujarnya.
Setelah percaya, Mr I ini pun terkena bujuk rayu pelaku. Mr I memberikan uang kepada pelaku yang nilainya di bawah Rp7,5 juta. Pemberian uang dilakukan secara langsung. “Di bawah 10 lah (Rp 10 juta ke bawah, red),” katanya.
Setelah memberi uang, Mr I sadar dirinya terkena pengaruh tipu daya oleh pelaku. Yang membuat Mr I akhirnya tidak percaya ke pelaku, bahwa pelaku mencatut nama salah satu kepala dinas yang oleh Mr I sendiri dikenal.
Mr I menghubungi pejabat tersebut. Ketika dikonfirmasi oleh Mr I kepada pejabat tersebut, apakah benar pelaku merupakan tim promosi, pejabat tersebut menjawab tidak ada tim yang dimaksud.
Lantas kemudian, untuk meyakinkan apakah benar pelaku dan pejabat tersebut ada komunikasi mengenai promosi jabatan, Mr I pun menghubungi pelaku. Maksudnya untuk meminta pertanggungjawaban atas uang yang telah diberikan. “Ini pa (kepala dinas, red) pengen ketemu, katanya tim. Terus uang saya gimana?” ungkap Mr I menceritakan pengalamannya.