Oleh: SW. Retnani S.Pd.
Masa muda adalah masa dimana semua orang bersemangat dalam menjalani aktivitas kehidupan. Segala bentuk kreativitas biasanya dilakukan saat usia muda. Generasi muda yang produktif dan kreatif menjadi incaran semua orang sebab banyak yang memahami apabila generasi mudanya kreatif, pasti masa tuanya auto sukses. Maka tak heran bila banyak generasi muda yang berlomba-lomba memperlihatkan kreativitas dan produktivitasnya ke semua orang, baik lewat media sosial, layar televisi, panggung ke panggung, bahkan sampai ke dunia anak-anak. Semua digiring untuk bisa berkreasi. Anak-anak, remaja, dewasa sampai ke orangtuanya pun ikut andil dalam persaingan ini. Hanya demi mendapatkan hadiah, pujian dan perhatian dari orang lain.
Gelombang persaingan kreativitas ini tak hanya merebak di kalangan masyarakat, bahkan sekelas Wakil Presiden pun ikut andil menyemarakannya. Seperti yang dilansir oleh tirto.id, Ahad (20/09/2020), Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin, berharap tren Korean pop atau k-pop dapat mendorong munculnya kreativitas anak muda Indonesia. Ia berharap anak muda lebih giat mempromosikan budaya bangsa ke dunia internasional.
Wakil presiden mendorong anak negeri mencontoh Korea dalam berkreativitas. Namun, layakkah Korean wave menjadi panutan para generasi muslim? Hal ini yang harus kita teliti dan pahami. K-pop memang menghasilkan banyak materi bagi para pelaku industrinya, namun rentan kerusakan Lifestyle nya. Diantaranya adalah banyaknya kasus bunuh diri. Karena persaingan ketat yang melanda para pelaku seni di Korea, ditambah tidak adanya landasan keimanan yang kuat kepada Sang Maha Pencipta, maka banyak yang mengambil jalan pintas yakni, bunuh diri untuk menghindari karut marutnya persoalan Kehidupan.
Baca Juga:Ini Instruksi Ketua Umum Demokrat di Rapimnas VirtualBupati Subang Mondok Bareng “Monalisa”
Tak hanya itu Korean wave yang menghasilkan devisa terbesar bagi negara Korea, nyatanya telah mengekspor budaya kerusakan ke seluruh dunia. Misalnya, budaya pakaian yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan masih banyak bahaya di balik fenomena candu K-pop, baik untuk pribadi generasi muslim maupun untuk perkembangan budaya nusantara.
Inilah fakta kerusakan sistem liberal-kapitalisme. Sistem liberal telah mendorong pemikiran semua orang untuk bebas berkreasi walaupun tidak sesuai dengan aturan Sang Maha Pencipta. Sistem kapitalisme yang menjadi biang keserakahan manusia telah menghalalkan segala cara demi mendapatkan materi, bahkan pengorbanan jiwa seseorang pun dianggap hal yang wajar.