SUBANG-Kebencanaan terus menjadi sorotan di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Di Indonesia sendiri, topik kebencanaan beserta mitigasinya, sudah mencuat pasca gempa yang disertai tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 silam.
Dalam kurun 2004 hingga 2018, serangkaian gempa juga menimpa sejumlah daerah di Indonesia. Disamping itu, bencana lain seperti banjir, longsor, gunung meletus, kebakaran hutan, dan bencana lainnya juga kerap terjadi di tengah-tengah kita.
Permasalahan ini tentu bukan menjadi permasalahan bagi pemerintah saja. Sinergi merupakan jalan terbaik untuk dapat menangani bencana. Hal inilah yang melatarbelakangi PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field (PEP Subang) untuk terus mendorong dan menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak guna membantu penanganan bencana.
Mewujudkan hal tersebut, PEP Subang bekerja sama dengan Universitas Andalas (Unand) untuk menggelar 2nd International Conference on Disaster Management 2020 (2nd ICDM 2020) dengan tema Disaster Management 4.0 for Better Life in the Future pada Rabu dan Kamis (30/9) dan (1/10).
“Kami selaku perusahaan, tentunya menyadari bahwa masalah bencana merupakan masalah kita bersama. Oleh sebab itu, Pertamina EP Asset 3 Subang Field senantiasa ingin turut memberikan kontribusi yang maksimal, khususnya dalam hal penanganan bencana baik dalam skala nasional hingga internasional. Harapan kami melalui gelar ICDM 2020, kita semua dapat melakukan manajamen kebencanaan yang lebih baik dan terus bersinergi bersama,” ungkap Djudjuwanto, Field Manager PEP Subang.
Konferensi yang digelar secara daring tersebut dihadiri oleh sekitar 140 pemakalah, 10 pembicara kunci dan 14 pembicara undangan dari dalam dan luar negeri untuk mempresentasikan hasil penelitian maupun hasil pelaksanaan yang berkaitan manajemen kebencanaan.
Untuk pembicara kunci, diisi oleh para ahli yang fokus dalam bidang kebencanaan yang berasal dari berbagai instansi dalam dan luar negeri seperti Prof Louise Comfort dan Prof Mohammad ElGawady dari Amerika Serikat, Prof Yasuhi Sanada dari Jepang, Nadine Sulkowky, MSc dari Inggris, Laksamana Madya TNI Dr Amarulla Octavian dari Universitas Pertahanan, Prof Iswandi Imran dari Institut Teknologi Bandung, Dr Danny Hilman dari LIPI, Prof Werry Darta Taifur, Dr Andani Eka Puta dan Dr Febrin Anas Ismail dari Universitas Andalas.