NGAMPRAH-Buruh tani yang terdampak pandemi Covid-19 dapat bernafas lega karena masih bisa mendapat penghasilan dari hasil menggarap lahan milik Pemkab Bandung Barat. Lahan seluas 1 hektare digarap oleh buruh tani asal Kampung Cikupa, Desa Cilame, Kecamatan Ngamprah.
Program pemberdayaan buruh tani terdampak Covid-19 digulirkan Pemkab Bandung Barat bersama Kodim 0609. Ada 10 buruh tani yang terlibat dalam program yang dicanangkan oleh Kasdam III/ Siliwangi Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo dan Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna, Rabu (30/9).
Bupati Umbara mengatakan pemanfaatan lahan pemerintah daerah untuk kegiatan pertanian sangat membantu bagi masyarakat atau buruh tani yang terdampak Covid-19. Sehingga para buruh tani memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. “Saat ini harga jual hasil pertanian tengah merosot. Sudah begitu kondisinya diperparah dengan musim kemarau membuat buruh tani dan petani kehilangan penghasilan hasil dari bercocok tanam,” kata Bupati Umbara.
Baca Juga:Jual Tanah Carik di Desa Cikalong, Polisi Periksa 100 Orang SaksiMusyawarah dengan Warga, Pemdes Cigugur Rencanakan Pembangunan Tahun 2021
Agar hasil panennya memiliki harga jual tinggi,lanjut Umbara, maka jenis sayuran yang ditanam dipilih jagung manis dan kacang edamame. Diperkirakan panennya sekitar akhir Desember 2020 atau awal Januari 2021. “Hari ini baru 1 hektare, jika program ini berhasil bisa ditambah 3 hektare atau lebih. Kami manfaatkan lahan Pemkab Bandung Barat yang belum digali,” ujarnya.
Selain di bidang pertanian, program pemberdayaan masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 juga diarahkan pada budidaya perikanan dan peternakan. “Untuk perikanan akan kita budidayakan ikan lele dan belut. Nanti kita sesuaikan dengan apa yang cocok buat masyarakat,” tandasnya.
Salah seorang buruh tani, Ano Waryono merasa terbantu dengan adanya program pemberdayaan bagi buruh tani tersebut. Pasalnya, dampak dari pandemi Covid-19 membuatnya kehilangan banyak modal akibat harga jual yang rendah. “Hasil panen sebelumnya tidak cukup untuk modal tanam baru. Jangankan buat modal untuk upah saja enggak ada,” kata Ano.
Semenjak terdampak Covid-19, petani yang biasa menanam sayuran bayam dan sawi ini tak lagi memiliki penghasilan. Diperparah lagi dengan kemarau yang membuatnya semakin terpuruk. “Sekarang saya bisa bekerja menggarap lahan ini. Alhamdulillah bisa mendapat upah buat menyambung hidup,” tukasnya.(eko/sep)