BANDUNG-Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, Kusmana menyatakan bahwa kesehatan reproduksi (Kespro) bisa mencegah anak tumbuh pendek dan kerdil atau stunting. Hal itu bisa dicegah dengan menunda usia perkawinan bagi remaja.
“Persalinan usia kurang dari 20 tahun berkaitan erat dengan stunting. Pendarahan dan kecatatan pada kepala bayi sangat berisiko melahirkan bayi stunting. Kepala bayi yang mengecil dengan sendirinya mempersempit volume otak dan menganggu pertumbuhan organ lain secara optimal. Sehingga pencegahan stunting terbaik adalag melalui pendewasaan usia perkawinan,” kata Kusmana saat menemui puluhan kader lini lapangan program Bangga Kencana di kawasan wisata Situ Leutik Kota Banjar, belum lama ini.
Selain itu, kata dia, pernikahan muda juga sangat berisiko terjadinya kanker mulut rahim atau kanker serviks. Hal ini terjadi akibat hubungan seksual yang terlalu dini. “Mulut rahim perempuan usia kurang dari 18 tahun masih pada fase ektropion alias proses termuka menuju matang. Inilah yang kemudian memicu kanker mulut rahim pada 15-20 tahun kemudian,” unkapnya.
Baca Juga:PNM Latih Nasabah di 8 Cabang Secara OnlineKPU Karawang Bagikan Puluhan Ribu APK Paslon Bupati
Dia pun mendorong remaja Jawa Barat untuk menikah pada usia ideal, yakni 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. “Semangat 21-25 Keren yang diluncurkan Pak Gubernur dan Bu Cinta sangat efektif untuk mencegah stunting. Ini sangat sejalan dengan konsep pencegahan stunting yang diajukan BKKBN kepada Bapak Presiden,” paparnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardotyo mengungkapkan bahwa stunting tidak bisa dilepaskan dari dimensi kesehatan lainnya. Penyebab stunting bisa diklasifikasi dengan melihat penyebab langsung, penyebab antara (intermediate), dan penyebab tidak langsung. “Penyebab langsung meliputi nutrisi, air susu ibu (ASI), dan penyakit. Penyebab antara meliputi jarak anak, jumlah anak, dan umur ibu. Adapun penyebab tidak langsung meliputi sanitasi, pendidikan, sosial-ekonomi, dan kemiskinan,” katanya.
Dari tiga klasifikasi tersebut, kata dia, BKKBN menilai penyebab langsung “hanya” menyumbang 30 persen terjadinya stunting. Itu pun beririsan dengan penyebab antara. “Penyebab tidak langsung dan penyebab antara menjadi penyebab 70 persen terjadinya stunting. Khusus penyebab tidak langsung, penanganan stunting bisa dilakukan seperti yang sudah berjalan selama ini melalui kementerian dan lembaga terkait,” ungkapnya.(sep)