Tim Penulis:
Kamal Lullael, Kankan Prama Soebakti, dan Riki Ramdani;
Fakultas Farmasi, Universitas Buana Perjuangan (UBP)
Karawang, Jawa Barat
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 meter atau lebih. Brotowali tumbuh baik dihutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Batang brotowali hanya sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat dan rasanya pahit. Daun brotowali merupakan daun tunggal, tersebar, berbentuk jantung dengan ujung runcing, tepi daun rata, pangkalnya berlekuk, memiliki panjang 7-12 cm dan lebar 7-11 cm. Tangkai daun menebal pada pangkal dan ujung, pertulangan daun menjari dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk tandan, terletak pada batang kelopak tiga. Memiliki enam mahkota, berbentuk bernang berwarna hijau.
Benang sari berjumlah enam, tangkai berwarna hujau muda dengan kepala sari kuning. Buah brotowali keras seperti batu, berwarna hijau (Antul et al., 2019).
Baca Juga:Pemulihan Ekonomi, Bupati Subang Bentuk Puluhan Koperasi Mina dan TambakWadahi Komunitas Gamers, PC e-Sports Subang Resmi Terbentuk
Brotowali diketahui memiliki aktivitas farmakologis seperti hepatoprotektif, antioksidan, antihiperglikemia, antihiperlipidemia, antidepresan, antistres, dan imunomodulator (Singh & Chaudhuri, 2017). Brotowali dilaporkan memiliki berbagai kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, diterpenoid, lakton, glikosida, steroid, seskuiterpenoid, fenolat, senyawa alifatik dan polisakarida serta mengandung sekitar 11,2 persen protein dan kaya kalsium dan fosfor (Antul et al., 2019).
Brotowali terkenal dengan imunomodulatornya, dimana senyawa aktif 11- hydroxymustakone, N- metil-2-pyrrolidone, N-formylannonain, cordifolioside A, magnoflorine, tinocordiside, dan syringin telah dilaporkan memiliki potensi efek imunomodulator dan sitotoksik (George et al., 2016). Vaibhav Aher et al., melaporkan bahwa ekstrak etanol brotowali dengan dosis 100 mg/kg/BB dapat meningkatkan jumlah sel T dan B serta antibodi, meningkatkan konsentrasi melatonin di kelenjar pineal serta dapat meningkatkan tingkat sitokin seperti IL-2, IL-10 dan TNF-α yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh (George et al., 2016).
Memiliki komponen tinospora potensi antivirus yang menurun kekambuhan resistensi virus human immunodeficiency (HIV) untuk terapi antiretroviral dan meningkatkan hasil terapi.
Efek anti-HIV dari akar Ekstrak terungkap dengan pengurangan eosinofil hitung, stimulasi limfosit B, makrofag dan leukosit polimorfonuklear dan persentase hemoglobin dengan demikian, mengungkapkannya peran aplikasi yang menjanjikan dalam manajemen dari penyakit terkait virus. Konsentrasi kadar ekstrak metanol bubuk Tinospora 100µg / ml dan 50µg / ml persentase perlindungan melawan virus herpes oral (HSV-1) ditawarkan sekitar 61,43% dan 23,22% masing-masing. Cordifolioside A 11- hidroksimustakon, N-metil-2-pyrrolidone, N- formylannonain, magnoflorine, tinocordiside dan syringin telah dilaporkan memiliki aktivitas imunomodulator yang mendukung memerangi penyakit virus.