Oleh : Dra. Irianti Aminatun
Maulid Nabi adalah momen untuk memupuk kecintaan kita terhadap manusia agung yang dipilih Allah swt. untuk menerima wahyu dan mengemban risalah Islam bagi seluruh manusia. Kemudian mengikuti jejak beliau serta menjaga diri agar tidak menyimpang dari jalan yang telah beliau gariskan sebagai wujud cinta kita pada manusia agung itu.
Dalam al Quran surat al Anbiya ayat 107 Allah swt. berfirman
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
“Tidaklah aku diutus kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”
Dengan risalah yang dibawa Nabi, dunia arab yang dulu jahiliyyah menjadi sebuah negara yang kokoh dibawah ikatan akidah Islam. Bukan hanya dunia Arab, tapi seluruh belahan dunia yang pernah tersentuh Islam menjadi wilayah yang berperadaban tinggi.
Baca Juga:Meneladani Nabi SAW Secara Kaffah untuk Terapkan SyariahBahaya Jalan Pintas Sertifikasi Halal dengan Omnibus Law
“Dia datang seperti sepercik sinar dari langit jatuh ke padang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi sampai Granada”, ujar Thomas Carlyle dalam On Heros and Hero Workship.
“Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, ia adalah raksasa sejarah. Ia berjuang meningkatkan tahap ruhaniyah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas kegersangan gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun”, tulis Will Durant dalam The Story of Civilization.
Dengan sejumlah informasi yang mereka miliki Durant dan Carlyle berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah saw. Mereka tidak pernah berjumpa dengan Nabi saw. Bahkan mereka tidak beriman kepada apa yang dibawa Nabi saw. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran-lembaran sejarah yang sampai pada mereka.
Dalam al Quran tak ada seorang Nabi yang dipuji demikian tinggi, melebihi Nabi Muhammad saw. Dalam satu ayat, Nabi saw disebut debagai uswah hasanah/teladan yang baik. “Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu bagi orang orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (TQS al Ahzab ayat 21).
Misi yang diemban beliau adalah memberlakukan syariat Islam dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia. Risalah yang beliau emban adalah risalah samawi dan bersifat internasional. Yaitu bersumber dari wahyu yang diperuntukkan bagi seluruh manusia pada setiap waktu dan tempat. Hal ini ditegaskan oleh Allah “ Dan tiadalah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali bagi manusia secara keseluruhan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (TQS Saba’ ayat 28).