BANYAK perusahaan dan pelaku bisnis yang ambruk saat pandemi Covid-19. Namun ada pula di antaranya yang berhasil melewati bencana ini dengan gemilang. Bahkan 25 pebisnis ini telah membuktikannya menjadi lebih tajir. Melakukan inovasi dan mengambil peluang saat pandemi. Majalah bisnis terkemuka Forbes merilis 25 pebisnis perempuan di Asia yang paling berpengaruh. Dua orang di antaranya dari Indonesia. Berikut daftarnya:
1. Melanie Perkins – Australia (Co-founder dan CEO Canva)
Perkins mendirikan Canva dengan Cameron Adams dan Cliff Obrecht yang sekarang merupakan tunangannya pada 2013. Ketika itu, dirinya masih menjadi mahasiswa di University of Western Australia.
Sejak itu, perusahaan perangkat lunak desain grafis telah mengumpulkan lebih dari USD300 juta atau sekitar Rp4,4 triliun. Pada putaran terakhir bulan Juni, perusahaan berhasil meraup USD6 miliar atau sekitar Rp89,1 triliun.
2. Zhao Yan – China (Chairman and General Manager, Bloomage BioTechnology)
Baca Juga:Ini Reaksi Orang Tuanya Ketika Katty Butterfly Memilih IslamSikap Jokowi: Hormati Kedaulatan Prancis Sekaligus Mengecam Pernyataan Macron
Zhao membeli Bloomage BioTechnology pada tahun 2001, Zhao telah menjadi pembuat asam hialuronat terbesar di dunia digunakan dalam obat-obatan, kosmetik dan suplemen makanan dengan sepertiga dari pangsa pasar global. Perusahaan go public di Shanghai Sci-Tech Innovation Board pada 2019 setelah menghapus pencatatan di Hong Kong dua tahun sebelumnya.
3. Lily Kong – Singapura (President Singapore Management University)
Kong adalah presiden kelima dari Singapore Management University dan wanita pertama yang memimpin salah satu universitas top di negara pulau itu. Seorang profesor geografi yang pada 2011 membantu mendirikan Yale-NUS College antara Yale University dan National University of Singapore, Kong memimpin SMU pada Januari 2019.
4. Roshni Nadar Malhorta – India (Chairperson, HCL Technologies)
Pada pertengahan Juli, Roshni Nadar Malhotra mengambil alih sebagai ketua HCL Technologies dari ayahny Shiv Nadar, yang baru saja berusia 75 tahun. Nadar Malhotra, 38 dan satu-satunya anak pendiri HCL, telah membayar iurannya sebelum suksesi yang telah lama direncanakan ini.
Dia telah menjadi eksekutif di Noida, perusahaan yang berbasis di India selama 12 tahun, di mana dua tahun terakhir menjabat sebagai wakil ketua. Saat berada di kedudukan tersebut itu, dia mendukung pembelian HCL senilai USD1,8 miliar atau sekitar Rp26,6 triliun dari IBM atas portofolio produknya