Kebijakan pembatasan interaksi sosial berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Kebijakan social distancing dan physical distancing menyebabkan guru dan siswa harus tetap tinggal di rumah. Sehingga terjadilah pembelajaran jarak jauh (PJJ), siswa belajar dari rumah (BDR).
Hal tersebut di atas berdampak signifikan terhadap Gerakan PPK. Terdapat beberapa karakter yang “terancam” tidak dapat dikuatkan bahkan cenderung dilemahkan. Pelemahan itu salah satunya disebabkan oleh lemahnya pengawasan oleh salah satu dari tiga pusat pendidikan sebagaimana telah disebutkan di atas.
Dalam beberapa hal faktor pengawasan ini menjadi krusial. Seperti halnya penguatan karakter jujur pada pelaksanaan ujian. Tingkat kejujuran pelaksanaan ujian yang secara langsung diawasi tentu akan berbeda dengan pelaksanaan ujian yang dilaksanakan dari rumah masing-masing, meskipun itu dilakukan secara daring.
Baca Juga:Merpati Putih Segera Bentuk Pengcab PurwakartaPGRI Subang Butuh Sosok Milenialis
Jika penyelenggaraan ujian tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, layakkah kegiatan tersebut disebut ujian? Apakah hasil yang diperoleh dari penyelenggaran ujian tesebut dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran? Apakah unsur keadilan tetap dapat dipertahankan, ketika ujian diselenggarakan dari rumah masing-masing yang notabene tidak ada pengawasan dari pihak penyelenggara ujian?
Selain karakter jujur, karakter lain yang juga terancam adalah penguatan karakter disiplin. Salah satu yang dapat menjadi indikator melemahnya karakter disiplin terlihat dari banyaknya siswa yang terlambat mengikuti pembelajaran daring. Mereka mengemukakan berbagai alasan, dari mulai malas, lupa jadwal, terlambat bangun, lupa isi daftar hadir, terkendala sinyal, dan alasan lainnya. Beragamnya alasan yang dikemukakan menunjukkan adanya masalah dengan karakter disiplin.
Pola pembelajaran daring menghilangkan kesempatan siswa memperoleh pengalaman langsung yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Guru tidak dapat memperlihatkan sikap baik sebagai suri teladan di hadapan para siswa. Banyak pembiasaan sebagai penanaman karakter tidak diterapkan.
Perlu disadari, tidak ada yang dapat menggantikan kehadiran guru secara nyata di hadapan para siswa. Sosok guru tidak diapat digantikan oleh apapun. Terdapat nilai-nilai tertentu pada kehadiran guru secara nyata. Bertatap muka langsung dengan siswa akan memberikan dampak yang berbeda, apalagi kalau guru tersebut adalah guru yang diizinkan, diterima, dan dirindukan siswa-siswanya.