SUBANG-Tak mudah menjadi relawan kemanusiaan yang harus terjun setiap terjadi bencana. Tapi hal itu menjadi pilihan Epi Zulfian.
Sejak hijrah ke Subang tahun 1991 dari Palembang. Ia bergabung menjadi relawan Tagana sudah lebih 20 tahun.
Kareka ketekunan dan tanggung jawabnya, Epi dipercaya menjadi penanggung jawab wilayah Subang selatan yang meliputi lima kecamatan.
Baca Juga:Gak Perlu Lagi Gali Sumur, Mesin Ini Bisa Hasilkan Air Dari UdaraPertama Kali Berkunjung ke Lembang Park and Zoo, Istri Wagub Jabar Sangat Terkesan
Ia sudah terjun dalam berbagai macam bencana alam di Subang. Termasuk saat terjadi banjir bandang di Cihideung, Cisalak pada Mei tahun 2016 lalu. Epi bersama empat rekannya terjun di malam hari saat bencana mengerikan itu.
Ada pengalaman yang paling terkesan dalam hidup Epi. Pengalaman itu membuatnya teguh, tetap mengabdi untuk kemanusiaan. Ia menyelamatkan seorang anak umur 4 tahun bernama Rizal. Sementara kakaknya yang saat itu berusia kelas 6 SD tidak selamat. Hanya bersama air bah, ditemukan di Sungai Cimanuk Indramayu. Empat orang tewas dalam bencana itu.
“Saat itu Rijal saya tarik dari lumpur, dikira sudah meninggal karena tidak bergerak. Ternyata pas disemprot pakai dari selang bergerak. Saya angkat badannya, alhamdulilah selamat,” kenang Epi saat ditemui Pasundan Ekspres di Curug Sadim, Minggu (8/11).
Rijal kini telah dewasa. Epi pun mengaku sering berlinang air mata mengenang pengalaman mengharukan itu. Ia merasa betapa menjadi petugas kemanusiaan memberinya ladang ibadah.
Pengalaman itu membuat Epi terus berdedikasi untuk kemanusiaan. Istri dan keluarganya pun mendukung. Apalagi keluarganya banyak yang berkarir di militer. Honornya di BPBD sebesar Rp1,2 juta per bulan tidak membuatnya mengeluh.
“Rejeki ada saja. Kalau honor segitu untuk keliling patroli sebulan saja memang kurang, keliling ke berbagai daerah rawan bencana. Sering juga mengontrol ke mata air,” tambahnya.
Epi kini terus bersiaga apalagi sudah memasuki usim hujan. Banjir dan longsor mengancam setiap saat.(man)