Bahkan muncul anekdot ada seorang pria mengatakan “Jika kamu menghina perempuan, kamu adalah sexis. Jika kamu menghina seorang kulit hitam, kamu adalah rasis. Jika kamu menghina Yahudi, kamu antisemit. Dan jika kamu menghina muslim, kamu mempraktikkan kebebasan berekspresi”. Nampak jelas kebencian mereka kepada islam dan muslim
Kedua, Kebebasan adalah ide kufur dan bertentangan dengan Islam. Benar, tidak ada paksaan dalam memeluk islam. Hanya saja ketika seseorang sudah bersyahadah dan menjadi muslim, maka Islam mewajibkan setiap muslim menyelaraskan seluruh aktivitas kehidupannya dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh karenanya, Islam tidak membenarkan seorang muslimah keluar rumah dengan pakaian yang memperlihatkan auratnya atau bekerja pada pekerjaan yang mengekploitasi sisi keperempuanannya, atau menjadi bagian dari komunitas LGBT dengan alasan kebebasan berekspresi. Islam telah menetapkan kewajiban menutup aurot, bekerja karena skill dan memenuhi kebutuhan seksual melalui pernikahan. Menyalahinya adalah dosa.
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (TQS. Al-Ahzab:36)
Ala kulli hal
Baca Juga:LAPMI Subang Bangkit Kembali, Hidupkan Api Semangat Literasi MahasiswaMengaplikasikan Pancasila Melalui Tradisi Tanam Padi Gogo Ala Dedi Mulyadi
Jika ummat islam menginginkan penghinaan dan pelecehan terhadap Rasululloh, Islam dan ummat islam tidak terjadi lagi, maka pemboikotan yang dilakukan harus bersifat total, boikot produk dan skaligus idenya. Sembari terus berjuang untuk menghadirkan seorang pemimpin yang akan menjadi pelayan ummat dan pelindung bagi kemuliaan islam dan kaum muslimin.